Mohon tunggu...
El Roman De Fretes
El Roman De Fretes Mohon Tunggu... -

orang sederhana berpikir sederhana

Selanjutnya

Tutup

Money

Jualan Sapi Gaya Gubernur NTT

28 Desember 2011   09:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:39 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam berbagai acara dan kesempatan, Gubernur dan Wagub NTT, Frans Lebu Raya-Esthon Foenay, selalau menjual mimpi. Jualan ini, salah satunya mengembalikan NTT sebagai gudang sapi. Dalam bahasa yang lebih santun, Frans Lebu Raya selalu berkata, dalam masa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Periode 2008-2013 ini, Pemerintah Provinsi berkomitmen untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat dan percepatan penanggulangan kemiskinan, yang dituangkan dalam delapan agenda pembangunan daerah dan empat tekad. Salah satu tekad, mengembalikan kejayaan Nusa Tenggara Timur sebagai gudang ternak atau daerah produsen ternak terkemuka di Indonesia serta sebagai sumber bibit sapi Timor dan sapi Sumba Ongole, yang disingkat dalam kata-kata “NTT Provinsi Ternak".

Tekad ini, menurut Ketua DPD PDI Perjuangan NTT, kita tuangkan dalam kebijakan pengembangan ternak besar khususnya sapi dan kerbau di Pulau Timor, Rote dan Sumba, serta pengembangan ternak kecil terutama babi dan kambing di Pulau Flores, Lembata, Alor, Adonara, Sabu dan pulau-pulau kecil lainnya. Dalam kerangka pengembangan ternak besar, fokus perhatian kita tertuju pada komoditas ternak sapi sebagai komoditas unggulan antar pulau ke daerah sentra konsumen di Pulau Jawa, yang selama ini telah memberikan pendapatan tunai kepada masyarakat peternakan secara berarti dan juga pendapatan asli daerah, baik bagi daerah provinsi maupun kabupaten/kota.

Niat baik Frans Lebu Raya-Esthon Foenay, untuk mengembalikan NTT sebagai gudang ternak, tidak salah. Keinginan menjadikan NTT sebagai salah satu sentra penghasil daging sapi maupun sapi bibit tidak keliru. Lalu apa? Yang menjadi persoalan adalah, ketika tekad dan niat ini hanya sekedar wacana tanpa implementasi yang terarah, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukankah, dinas instansi tehnis sudah melakukan kerja sama dengan berbagai stake holder yag ada? Bahkan, angka populasi ternak sapi semakin meningkat?

Kalau itu yang dijadikan ukuran, kita bisa mahfum. Dan kalau hanya sebatas kerja sama di atas kertas, kita juga bisa maklumi. Lalu apa yang harus menjadi ukuran bahwa tekad dan niat baik ini sudah terimplementasi secar baik dan benar di lapangan? Kemudian bagaimana peran Dinas Peternakan Provinsi NTT, sebagai SKPD yang seharusnya berada di depan?

Masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor telah merasakan manfaat dan peran yang besar dari usaha tani ternak sapi ini, baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Tentunya kita semua juga berharap dan terus bertekad, agar peran usaha tani ternak sapi dalam menunjang pendapatan dan perekonomian masyarakat serta juga kemakmuran daerah harus dapat kita pertahankan bahkan ditingkatkan.
Sub sektor peternakan di Nusa Tenggara Timur mempunyai peranan penting bagi Daerah dan Nasional. Frans Lebu Raya menegaskan, kontribusi sub sektor peternakan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009  mencapai 10,37% terhadap total PDRB NTT atau 26,28% terhadap lapangan usaha Sektor Pertanian. Salah satu komoditas unggulan peternakan daerah ini adalah ternak sapi, dimana ternak ini berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Hasil survey BPS Tahun 2008 menunjukkan bahwa rumah tangga yang memelihara ternak sapi potong mencapai 162.263 rumah tangga (dari total 281.480 rumah tangga peternak). Jika  dalam setiap rumah tangga terdapat 3 orang peternak, maka tenaga kerja yang terserap dalam usaha budidaya ternak sapi potong adalah sekitar 486.000 jiwa.

Dari segi pendapatan masyarakat dan daerah, mantan Wagub NTT menjelaskan, berdasarkan data pengeluaran ternak sapi potong untuk tujuan antar pulau ke daerah konsumen (DKI Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Timur), pada tahun 2010 sumbangan komoditas ternak sapi mencapai lebih dari Rp. 224 milyar, yang berasal dari pengantarpulauan 49.876 ekor ternak sapi potong. Dengan langkah-langkah strategis dan operasional yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan untuk mencapai sasaran dan kondisi ke depan yang diinginkan di masa mendatang, diharapkan sub sektor peternakan mampu berswasembada atau memenuhi kebutuhan dalam negeri dan tidak lagi tergantung dari luar negeri dan sekaligus dapat bersaing dengan produk luar. Pertanyaan yang tersisa adalah, akan dibawa ke mana jika masyarakat NTT telah memiliki sapi yang banyak dan berlimpah? Mungkinkah, Pemerintah Provinsi NTT meretas hubungan kerja sama yang baik dan konstruktif demi masyarakat peternak? Karena bukankah, peternakan sebagai sebuah industri memiliki karakter dan lika-liku tersendiri? Semoga, Fren tetap berkawan dengan para peternak. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun