"Bu, aku ada di rumah Slamet di Boyolali. Tak usah khawatirkan aku. Aku belum tahu kapan akan pulang," kata Harjo.
"Tapi, mas.." Tuuuut....Sambungan kembali diputus.
Darni sedikit kecewa, tapi dia tersenyum. Setidaknya dia tahu keberadaan suaminya. Sekarang tugas Darni adalah menjaga anak-anak dan rumah tangganya  agar tetap berjalan. Suaminya pergi tanpa meninggalkan uang sepeser pun. Bahkan ayam peliharaan mereka dijual semua untuk bekal dia pergi dari rumah. Kehidupan dalam rumah harus tetap dipenuhi. Ada dua buah hati mereka yang masih harus dirawat dan dijaga.
Darni mulai memutar otak untuk bisa mempertahankan dapurnya agar tetap bisa mengebul. Darni tak ingin anak-anaknya mengetahui kesulitan rumah tangganya. Dia ingin mereka tumbuh normal sebagaimana seharusnya. Darni selalu mengatakan bahwa ayah mereka sedang bekerja di luar kota sehingga tak bisa pulang.
"Bu, Doni lapar !" Â Anak keduanya berteriak. Tangannya menarik-narik ujung kerudung ibunya.
Doni baru berusia 6 tahun. Dia memang anak yang gembul, tak pernah sulit makan. Apa pun yang disediakan selalu dimakan dengan lahap. Berbeda dengan kakaknya, Mira.Usianya sudah 8 tahun. Mira sedikit pilih-pilih dalam hal makanan. Ini dikarenakan kondisi perutnya yang tak normal lagi, semenjak dia sakit diare yang parah beberapa tahun yang lalu. Dia asyik bermain boneka di depan televisi.
Darni beranjak ke dapur. Dia buka lemari es butut yang mereka punya. Ada wortel dua buah, kubis yang sudah seukuran telapak tangan, dan beberapa butir telur. Darni lega, setidaknya dia masih bisa menyiapkan menu orak arik telur untuk kedua buah hatinya. Segera dia bersiap memasak.
Tiba-tiba hand phone kembali berbunyi. Bergegas Darni membukanya. Rupanya suaminya yang menelepon.
"Ya, mas. Ada apa? "
"Bu, aku kehabisan uang. Tolong kamu kirim, ya? Aku tunggu."
"Mas, dari mana aku bisa mendapatkan uang? Sedangkan Mas tahu aku tidak bekerja," jawab Darni setengah bingung.