“Kalau kamu tidak mengejar mimpimu, orang lain akan membayarmu untuk mengejar mimpi mereka” (Dr. Gamal Albinsaid)
Berani Bermimpi
Setiap orang pasti memiliki impian. Dengan adanya impian, akan lahir keinginan untuk mewujudkan impian menjadi nyata. Akan sangat merugi ketika tidak bersungguh-sungguh mewujudkan impian sendiri. Kelak, akan menjadi “pesuruh” orang lain, meskipun dibayar namun tetap saja yang akan diwujdukan adalah bukan mimpi sendiri.
Salah satu impian yang berhasil diwujudkan pada tahun 2020 adalah menerbitkan sebuah novel berjudul Darah Terakhir. Pertengahan tahun 2020, novel setebal 259 halaman terbit dan dicetak oleh salah satu penerbit yang tergabung dalam IKAPI.
Di tengah pandemi virus korona yang melanda dunia, Balai Bahasa Riau mengadakan Lomba Novel pada acara Puncak Bulan Bahasa 2020. Sebuah keberkahan dari Yang Maha Esa, novel Darah Terakhir memperoleh Juara Harapan II. Sebuah kehormatan besar saat novel perdana ini memperoleh apresiasi dari para dewan juri.
Sebelum dilombakan, satu diantara sepuluh novel Darah Terakhir kukirimkan pada seorang guruku bernama Bu Hanim Siregar pada momentum Hari Guru. Awalnya ragu, apakah kiriman ini akan sampai tepat sasaran? Mengingat lokasi tempat tinggal Bu Hanim yang jauh dari pusat Kota Padangsidimpuan. Hanya bermodalkan nama desa dan nama kecamatan di Tapanuli Selatan, ternyata kiriman ini sampai tepat waktu. Luar biasa. Bu Hanim segera menuliskan status di akun wattsapp sebagai ungkapan kebahagiaan dalam hatinya saat menerima pemberian dariku:
“Hadiah istimewa dari seorang penulis muda, berbakat, dan solehah tentunya. Isinya yang menggugah, menyajikan persoalan yang ruwet dan dilematis. Juga kisah kasih halalnya membuat terhanyut dalam alur. Novel yang syarat makna. Rugi sekali bila melewatkan untuk memilikinya karena ruh kebaikan dari penulisnya tak akan didapat pada novel-novel lain….”
Hanya berselang beberapa hari dari pengiriman novel, Bu Hanim sengaja memasak makanan khas Tapanuli Selatan yang dikenal dengan nama alame (dodol). Dengan rasa percaya diri, Bu Hanim mengirimkan satu dus alame ke Pekanbaru dengan menggunakan jasa pengiriman JNE. Rasa rindu pada kampung halaman terasa sedikit terobati saat menyantap alame buatan Bu Hanim. Tidak hanya rasanya yang enak, alame dimasak dengan sepenuh cinta sesuai dengan cita rasa kearifan lokal etnis Batak Angkola-Mandailing.
JNE Sarana Ekspedisi Terbaik
Semakin beredarnya apresiasi pembaca terhadap novel Darah Terakhir, menjadikan novel bersampul merah jambu ini dipesan oleh pembaca dari berbagai daerah. Pengiriman terjauh menuju Kantor Bahasa Ambon. Saat staf Kantor Bahasa tersebut memesan novel ini, segera kucek besaran ongkos kirim. Ternyata ongkos kirim jauh lebih besar dibandingkan dengan harga novel ini. Ongkos kirim ke wilayah Timur Indonesia memang sangat besar, namun karena keinginan pembaca untuk memiliki novel ini, pembaca tetap teguh pendirian untuk membeli novel ini. Tanpa berpikir dua kali, aku jadikan JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) sebagai sarana ekspedisi. Saat novel akan segera kukirim, kuunggah terlebih dahulu dalam status di facebook sebagai rasa terima kasih pada pembaca.
Pengalaman menggunakan jasa JNE sebagai ekspedisi memberikan rasa puas dalam diri sebagai pelanggan. Yang paling menyenangkan hati ketika jadwal penjemputan barang oleh kurir di kantor agen JNE sampai dua kali, yaitu pukul 11.00 siang dan pukul 20.00 malam sehingga tidak perlu khawatir karena paket atau kiriman tidak akan bermalam di kantor agen. Selain pengalaman di atas, paket yang diantar ke kantor agen JNE akan dibungkus dengan plastik berlabel JNE sesuai dengan standar pengemasan JNE. Dengan fasilitas ini membuat pelanggan tidak perlu khawatir jika paket atau kiriman basah, rusak, lecet, dan lain-lain. Hal ini membuat pelanggan sepertiku sangat menikmati pelayanan JNE.
Antara Kepuasan dan Kebahagiaan
Ada kebahagiaan tersendiri dalam hati setelah amanah menyampaikan kiriman kepada para pembaca berjalan lancar. Pengirim puas, penerima bahagia. Sebuah kepuasan dan kebahagiaan yang takkan pernah bisa dibeli dengan materi karena keduanya tercipta secara alamiah. JNE merupakan jembatan kebaikan dalam menghubungkan niat memberi dan berbagi sebagai ungkapan rasa syukur dan kasih sayang antarpengirim dan penerima.
Keunikan ini dideskripsikan dalam sebuah kisah yang dialami oleh sebuah komunitas yang kubentuk bersama sembilan orang teman yang berasal dari alumni sekolah yang sama, yaitu SMA Nurul Ilmi Padangsidimpuan. Untuk menghidupkan literasi di kalangan para Alumni Nurul Ilmi (Alkamil), aku bersama teman seangkatan, kakak kelas, dan adik kelas yang saat ini menetap di berbagai wilayah di dalam dan luar negeri membentuk komunitas bernama Tinta Pena Alkamil. Ruang watsaap adalah wadah untuk berkumpul, berkomunikasi, dan bertukar ide, serta meramu mimpi-mimpi yang berguna untuk masa depan Nurul Ilmi. Meskipun terpisah oleh ruang dan waktu, namun kebersamaan tetap bisa diwujudkan melalui kecanggihan teknologi informasi.
Atas dasar kerinduan terhadap sekolah Nurul Ilmi, para alumni, dan guru-guru, maka lahirlah keinginan untuk membuat sebuah kegiatan virtual bertajuk silaturahim. Dalam kegiatan ini dilaksanakan lomba menulis sastra dan tulisan kreatif di antara seluruh alumni Nurul Ilmi. Setelah menyeleksi karya yang masuk, maka panitia kegiatan yang tergabung dalam Kepengurusan Tinta Pena Alkamil mengumumkan sepuluh nama sebagai pemenang lomba. Setelah acara silaturahim terlaksana, maka saatnya para Tim Tinta Pena Alkamil mendata alamat para pemenang sekaligus hadiah yang telah dikumpulkan dari para donatur yang merupakan alumni Alkamil juga. Hadiah yang disiapkan berupa Bakso Magi di Medan, Produk Hijab dari Qalbi di Jambi, Kosmetik Fabil di Padangsidimpuan, Novel Ayah LDR di Pontianak, Novel Cinta di Langit Jingga di Jakarta, minuman kesehatan dan deterjen ramah lingkungan di Padangsidimpuan. Sedangkan para pemenang berasal dari alamat seperti: Batam, Jakarta, Padangsidimpuan, Depok, Tanjung Balai, Kisaran, dan lain-lain. Jika tidak ada fasilitas keren dari JNE, maka hadiah-hadiah spesial ini tidak akan sampai pada penerima. Akhirnya keinginan untuk berbagi dan memberi begitu mudah.
Berikut salah satu foto penerima hadiah di Batam:
JNE Menebar Kebaikan
Kehadiran JNE selama tiga dekade ini menebarkan manfaat bahagia bersama. Tidak hanya kebaikan dari segi pelayanan, JNE berbagi kebahagiaan dengan menyantuni anak yatim pada HUT JNE ke-30 yang dilaksanakan secara daring dan luring dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat. Presiden Direktur JNE, M.Feriadi Soeprapto, mengungkapkan dalam ayopurwakarta.com bahwa JNE memiliki tagline “Connecting Happiness” yang berarti mengantarkan kebaikan.
Lewat sentuhan kebaikan yang dilakukan oleh JNE, sebagai bagian dari pengguna jasa JNE, besar harapanku agar JNE tidak hanya mengantarkan paket sesuai dengan harapan pengirim dan penerima lewat pelayanan terbaik, namun JNE diharapkan senantiasa mengantarkan kebaikan di mana pun, kapan pun, dan pada siapapun seperti kemarin, kini, dan nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H