Frans Kaisiepo, Silas Papare, dan Marthen Indey
Papua adalah wilayah Indonesia setelah RI kembali menjadi negara kesatuan tahun 1950, tetap berada dalam kendali Belanda. Khusus persoalan Papua, dari hasil KMB (1949) akan di bicarakan kembali oleh pemerintah RI dan Belanda, nyatanya hingga tahun 1962, Indonesia memperjuangkan wilayah Papua.Â
Frans Kaisiepo (1921-1979) seorang tokoh yang mempopulerkan lagu kebangsaan Indonesia di Papua, ia juga berperan dalam pendirian partai Indonesia Merdeka (PIM). 10 Mei 1946 Kaisiepo menjadi anggota delegasi dalam Konferensi Malino di Sulawesi Selatan, ia sempat menyebut Papua (Nederlands Nieuw Guinea) diambil dari bahasa biak : panas. Â Nama irian malah diberi pengertian lain : Ikuti Republik Indonesia Anti Nederlands. Frans Kaisiepo menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) karena NIT tidak memasukkan Papua ke dalamnya, ia mengusulkan agar Papua dimasukkan ke dalam Keresidenan Sulawesi Utara
1948 Kaisiepo berperan merancang pemberontakan rakyat Biak, setahun kemudian dia menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea, konsekuensi atas penolakannya di penjara oleh pemerintah kolonial di distrik-distrik. 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia yang menuntut penyatuan Nederlands Nieuw Guinea ke negara Republik IndonesiaÂ
Tahun 1946 Marthen Indey menjadi Ketua partai Indonesia merdeka, ia memimpin sebuah aksi protes yang di dukung 12 kepala suku terhadap Belanda yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia
Tahun 1962, saat Marthen Indey tak lagi di penjara, ia menyusun kekuatan gerilya, saat perang usai ia berangkat ke new York untuk memperjuangkan masuknya Papua ke Indonesia, di PBB hingga akhirnya Papua (irian) benar benar menjadi bagian RI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H