Seperti halnya maut dan rezeki, jodoh sudah diatur.
Siapa sangka, akhirnya saya harus menghadapi momen yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan akan hadir dalam kehidupan. Momen yang barangkali bagi sebagian besar orang tidak pernah terjadi dalam kehidupannya, dan hanya sebagian kecil yang merasakan seperti saya. Jadi pantasnya saya harus bersedih atau bersyukur? Saya pilih yang kedua saja.
Momen itu adalah "dilangkahi" adik menikah. Atau adik yang menikah dulu.
Saya ingat sekali, ketika mama saya berkata kepada saya, "tidak apa-apa kan?"
Saya bohong kalau saya mengiyakannya dengan biasa-biasa saja. Sempat ada momen di mana saya tidak bisa menjawab. Saya terdiam, yang keluar justru air mata. Saya sedih, tapi bukan karena saya tidak senang mendengarkan kabar bahagia tersebut. Lebih ke saya yang seperti belum bisa terima dengan apa yang menimpa saya.
Saya yang mengasihani diri saya, juga saya yang jadi takut dengan apa yang akan dikata orang ketika tahu bahwa sebagai seorang kakak yang dianggap lebih dewasa dan budaya yang seperti mengharuskan untuk menjadi lebih dulu soal menikah. Apalagi ego saya sebagai zodiak aries yang terkenal keras kepala, saya tentu tidak mudah terima begitu saja. Eh bawa-bawa zodiak lagi.
Pertanyaan dari orang tua saya juga saya jadikan tanda bahwa mereka sebenarnya juga menyimpan cemas yang akhirnya mencoba memvalidasi dengan bertanya keadaan saya. Saya yang memang pernah tidak baik-baik saja kala itu.
"Bukankah urutannya kakak baru adik?" Pertanyaan ini sempat mondar-mandir di kepala.
Saya pernah takut dengan tanggapan yang akan saya terima dari orang-orang tentang saya ketika mereka tahu saya "dilangkahi" adik. Bahkan sahabat-sahabat yang sudah saya kenal pun saya sempat takut untuk mengutarakannya.