Sampai kapanpun kita menjadi anak-anak di mata orangtua kita.
Kebetulan sekali, hari ini saya tanpa sengaja mengunggah kenangan masa anak-anak di cerita instagram. Kebetulan karena ternyata di depan mata akan tiba hari anak pada bulan Juli ini, tepatnya di tanggal 23 Juli. Hari Anak ke-40 kalinya.
"Bagaimana jika sekalian saya merayakan dengan tulisan ini saja, ya?"kata saya sendiri.
Indahnya Memori Masa Lalu yang Terulang Kembali
Memangnya apa yang saya unggah? (kelak nanti akan kamu temukan juga jawabannya ketika membaca tulisan ini sampai akhir.)
Saya mengunggah kenangan dua puluh tahun silam, saya perkirakan. Kenangan itu berupa foto saya berpuisi di saat acara pentas seni Ramadan. Foto yang kemudian saya sandingkan dengan apa yang baru terjadi kemarin, berpuisi bersama kompasiana. Ya, sama-sama berpuisi dengan sudut yang nyaris mirip. Bahkan saya merasa seperti vampire karena saking tidak berubahnya, kecuali baju. HAHAHA. sok muda banget yah.
Ternyata memori itu menjadi memori jangka panjang sampai hari ini. Saya ingat sekali waktu itu saya membaca puisi buatan Bapak, judulnya Malam Seribu Bulan, Lailatul Qadar. Saya juga ingat bait-bait mulanya, seperti ini:
Marhaban Ya Ramadan, Aku rindu menyambutmu
Tatkala jiwaku resah, tatkala jiwaku gundah
Kau datang tuk mensucikan hatiku