Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berkunjung ke Senja Pagi, Cafe Viral di Magelang

8 Maret 2023   21:03 Diperbarui: 11 Maret 2023   19:21 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktunya cuti, waktunya menjelajahi tempat baru.

Minggu kemarin, saya mengambil cuti. Sengaja, karena ternyata sudah nyaris dua bulan saya tidak menjenguk tempat kembali, rumah. Sekalian untuk memperbarui konten yang mulai menipis. Saya harus pulang.

Tempat Baru yang Sudah Lama Diincar

Seperti sudah tahu kebiasaan si anak, bapak paham saya akan membawa bapak dan mama ke tempat yang belum pernah mereka singgahi. Seperti yang terdahulu, saya pernah mengajak mereka ke tempat hits yang tidak jauh dari rumah, Si Gandul View. Beruntung, punya orangtua yang sangat supportif untuk urusan jalan-jalan.

Tempat kali ini masih bertetangga dengan kota saya, berada di Magelang. Tempat yang sudah saya incar karena sering lalu-lalang di beranda media sosial. Seperti sebuah pertanda bahwa saya memang harus segera. HAHA. Padahal lebih mungkin karena alogaritma saya yang memperjelas keinginan itu.

Namanya Senja Pagi Cafe and Glamping. Tempat nongkrong yang masih belum setahun kata sebuah website wisata (di sini ). Bukan makanan yang saya incar, atau yang orang lain juga lakukan, melainkan suguhan alam yang cantik di sekitarannya.

Drama Perjalanan yang Berakhir Manis

Malam sebelum kami berangkat, saya terbiasa untuk mengecek kembali lokasi. Untuk memberi arahan awal juga kepada Bapak, meyakinkan bahwa tempat ini akan mudah dijangkau. Kurang lebih 35 kilometer, perkiraan satu jam, kami akan sampai.

Hari Minggu, selepas salat zuhur, kami memutuskan untuk berangkat. Sampai di daerah Secang, semua lancar. Mulai agak meragu ketika Bapak memilih belokan pertama untuk melanjutkan perjalanan. Belokan yang tidak ditunjukkan peta.

Ragu itu kembali menjadi yakin ketika Bapak menceritakan bahwa daerah yang kami lewati tidak asing. Setidaknya pernah Bapak lalui saat kunjungan ke sekolah. Namun, itu tidak lalu menghilangkan keraguan. Yang terjadi justru ragu seperti menjadi penumpang baru di mobil. Membuat perjalanan menimbulkan tanya, "Kok tidak sampai-sampai?"

Kami menyerah ketika jalan yang ditunjukan tidak lagi masuk akal. Makin meyakinkan ketika Bapak bertanya pada orang sekitar yang mengiyakan bahwa jalan yang ditujukan peta tidak mudah untuk mobil. Kami diarahkan untuk mengikuti jalan aspal saja.

Bapak sebagai pengendali kemudi mengiyakan. Apakah jalan ini akan berhasil? Perjalananya ternyata masih lumayan panjang. Semakin naik, semakin naik dan tidak juga menemukan apa yang dicari. Di sela itu, saya juga berdoa, "semoga menjadi hamba yang beruntung, ketika sampai tujuan mohon diizinkan untuk melihat karya indahMu." Aamiin. Saya malah lupa untuk dilancarkan jalan menujunya. 

Sampai akhirnya kami harus bertanya lagi ke orang kedua di drama perjalanan ini. Orang yang menyarankan kami untuk melewati jalan tak beraspal, yang katanya akan memangkas jarak dan waktu lebih singkat. Lagi-lagi kami memilih mengiyakan saja.

Apakah setelah itu mulus? Tidak. Sampai kami meyakinkan diri dengan bertanya pada seorang paruh baya. Yang awalnya sempat saya ragu, ternyata yakin tahu. Lega. Tak lama tujuan memang sudah ada di depan mata. Benar-benar GPS paling akurat adalah Gunakan Penduduk Sekitar.

Di Senja Pagi, Alam sedang Berbaik Hati

Sepanjang perjalanan, cuaca agak mendung. Hal yang membuat khawatir ketika berkunjung ke tempat yang mengandalkan keindahan alam. Seperti indahnya alam di lokasi. Dan Tuhan baik sekali.

Meski mendung, penampakan alam di Senja Pagi cukup terlihat. Seperti yang disuguhkan di media sosial. Saya merasa beruntung, walau ada nyasarnya.

dokumen pribadi | berpose di spot favorit
dokumen pribadi | berpose di spot favorit

Sebelum menuju ke roof top, saya mampir dulu untuk memesan beberapa makanan. Soal harga masih wajar, soal rasa juga bisa diterima. Pesanan akan diantarkan sesuai nomor meja yang kita dapat. Pembayaran dilakukan ketika kita sudah selesai. Sesederhana itu.

dokpri | sekilas menu yang disajikan
dokpri | sekilas menu yang disajikan

Saya memilih katsu, Bapak dengan nasi goreng, Mama ingin mi goreng. Tidak lupa dengan camilan kentang goreng dan mendoan untuk sharing. Minuman? Ada jus jambu, susu jahe, dan milkshake cokelat terpampang di meja. Total tidak sampai 200ribu.

dokpri | Tadaaaaaaaaaaaaa!
dokpri | Tadaaaaaaaaaaaaa!

Tentu tak lupa dengan tujuan mencari konten, saya tunaikan. Lumayan untuk menabung sampai beberapa minggu. Jika ingin lebih eksklusif, sebenarnya saya bisa melakukan reservasi di pagi hari (06.30-09.30). 

Bagi yang penasaran, silakan bisa mulai menjelajah di @senjapagi_id  Untuk  hasil konten saya, bisa dipantau di bawah ini. Konten pertama dari sekian-sekian. 


Selamat jalan-jalan, semoga jalanmu lancar jaya. Ikuti saja arahan peta, jika ragu jangan ragukan penduduk sekitar.

Salam,

Listhia H. Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun