Selamat Hari Gizi Nasional ke-63!
Tanggal 25 Januari kembali datang, artinya Hari Gizi Nasional (HGN) ke-63 hadir lagi. Jika di tahun sebelumnya mengangkat tema "Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas," tahun ini isu yang diangkat lebih spesifik yaitu pada stunting dengan tema "Cegah Stunting dengan Protein Hewani."
Kondisi Stunting di Indonesia
Stunting adalah masalah gizi kronis yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Kondisi stunting dapat dilihat melalui indikator panjang/tinggi badan menurut umur (TB/U) pada balita (bawah lima tahun). Seoranganak dikatakan stunting jika berada di bawah standar atau berada di bawah -2 standar deviasi. Mudahnya stunting adalah kondisi di mana panjang/tinggi badan lebih rendah dibandingkan rerata umurnya.
Stunting di Indonesia masih tinggi. Hal ini didukung data terbaru dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang menunjukan prevalensi stunting berada di angka 24,4 persen. Angka ini memang menurun jika dibandingkan dengan Riskesdas 2018 yaitu 30,8 persen. Selain itu diketahui pula bahwa angka stunting yang masih tinggi terjadi sejak sebelum lahir dan naik tinggi pada rentang usia 6-24 bulan.
Meningat di 2024 target stunting berada di bawah 14 persen, tentu masalah ini menjadi penting untuk segera ditangani sesegera mungkin. Apakah dalam setahun ke depan angka tersebut bisa sesuai target nasional? Ini pekerjaan kita bersama, bukan hanya pemerintah saja.
Fakta: secara umum tidak terjadi perbaikan status gizi pada anak Indonesia dari tahun ke tahun
Langkah Cegah Stunting dengan Protein Hewani
Salah satu langkah yang ditempuh untuk mencapai target tersebut adalah dengan gerakan mengonsumsi protein hewani.
Faktor langsung terjadinya stunting adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Dilihat dari tema yang diusung tahun ini, sangat jelas bahwa faktor langsung yang ingin ditekankan. Apalagi melihat data konsumsi protein per kapita yang diketahui belum mencapai standar, dan dikatakan cukup rendah untuk protein hewani,
Seperti namanya, protein hewani adalah sumber protein yang berasal dari hewan. Contoh protein hewani adalah daging, susu, ikan, dan telur. Jika dibandingkan negara di dunia, Indonesia memang masih berada di level rendah untuk konsumsi telur, daging, susu dan olahannya.
Protein hewani juga telah terbukti dalam penurunan stunting. Jadi tidaklah heran jika kemudian Hari Gizi Nasional tahun 2023 mengangkatnya sebagai isu penting. Kenapa harus protein hewani? Karena protein jenis ini memiliki asam amino esensial (tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh) lebih lengkap jika dibandingkan dengan protein nabati/berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Tidak hanya penyebab yang berlangsung lama/kronis, pun dampak stunting juga bisa berkepanjangan. Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan, tetapi juga kecerdasan. Selain itu dampak negatif yang perlu diwaspadai adalah keterbelakangan mental, risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi sampai obesitas.
Adakah Protein Hewani di Setiap Piring Makanmu?
Dengan slogan "Protein hewani setiap makan" dan "Isi piringku kaya protein" menunjukkan bahwa mari bersama-sama untuk tidak melupakan sumber protein hewani dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi calon Ibu yang kelak mengandung dan melahirkan generasi masa depan dan anak-anak balita kita yang kini masih harus berhadapan dengan masalah stunting.
Tidak perlu harus wagyu, cukup yang bisa ditemukan di warung/pasar di sekitarmu.
Jadi protein hewani apa yang paling kamu sukai nih?
Selamat Hari Gizi Nasional!!!!
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H