Siapa yang membaca judul sambil bernyanyi?
Maaf, bang Tulus, bukan maksud hati untuk mengganti lirik nan puitis dari salah satu lagumu. Hanya saja, mohon izin untuk menggunakannya sebagai ungkapan terkini dari perasaan hati selepas menonton pujaan hati kami, tim nasional alias timnas.
Lagi-lagi tulisan soal timnas. Lagi-lagi bukan juga soal tulisan yang banyak membahas dari sisi olahraga, yang seharusnya. Yang ada, ini adalah tulisan yang lebih banyak curhatnya. Yang saya masukan dalam kategori "diary". Sebagai supporter. Peace n love.
Si Paling Timnas
Ada yang bisa dibaca dengan jelas dari status yang sering saya bagikan. Terbaca saya punya minat ke mana. Selain dangdut koplo, saya menyebut diri ini sebagai si paling timnas.
Apapun yang ada timnasnya, saya berusaha untuk membuat semua orang tahu, walau sebenarnya juga mungkin mengikuti. Saya hanya mengingatkan bahwa ada #timnasday.
Terutama ketika pertandingan yang memang dinantikan, seperti olahraga bulu tangkis dan juga sepak bola. Yang saya sebut setelah bulu tangkis, yang akan saya bicarakan di tulisan ini.
Kalau ditanya apakah saya menyukai olahraga tersebut? Saya suka, tetapi lebih ke nasionalisme yang timbul dari dalam diri. Ya, saya tidak menonton semua pertandingan sepak bola, saya hanya melihat saat ada timnas dan piala dunia, saja. Picky sekali bukan?
Hari yang Menggemaskan
Salah satu pertandingan yang dinantikan di minggu ini adalah Indonesia vs. Thailand. Hari ini.
Lucunya, saya baru bisa menyimak di menit 30-an karena tiba-tiba laptop ngambek. Saya tentu lebih ngambek karena merasa "wasting time" hampir satu babak gara-gara dingambekin laptop sendiri.
Setelah ngambeknya selesai, rupanya memang skor kaca mata masih bertahan sampai babak pertama usai. Ada senang tapi juga sedih. Senang karena saya masih bisa mengikuti pertandingan pertama, sedih karena belum ada bola masuk ke gawang lawan. Hadeuh.
Sampai masuk babak ke dua. Berkat ada handball, akhirnya satu gol dari pinalti untuk Indonesia. Unggul 1-0. Sebuah pencapaian yang ciamik di mana pertandingan ini memang bukan pertandingan yang biasa. Lawan Thailand, gitu. Berasa final.
Namun bola memang bundar, lapangan masih persegi panjang. Kurang lebih sepuluh menit waktu normal berakhir, pertahanan Indonesia tak setangguh dugaan. Skor menjadi satu sama. Di waktu yang sebentar lagi menurut penonton seperti saya, dan masih terasa panjang untuk para pemain. Sayang. Hiks,
Ya, memang permainan belum selesai. Skor yang menggemaskan itu berakhir sampai peluit panjang. HAHA.
"Terus Kapan Menangnya?"
Jumlah supporter yang datang, yang nyaris 50ribu itu adalah bukti bahwa sudah dahaga rasanya ingin melihat kamu -timnas- juara. Lebih lagi harapannya ketika yang dilawan hilang satu, hanya bersepuluh. Cuma ternyata tidak seindah inginku, inginmu, tetapi mungkin inginnya.
Pertandingan yang ingin sekali bisa juara, tapi apa daya harus dihantam kenyataan. Jadi jangan bosan jika kemudian pertanyaan masih akan selalu sama, "Kapan Menang?"
Kami semua rindu, saya rindu. Jangan ditanya hati ini sudah sekuat apa, sudah sangat terlatih.
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H