Lucunya, saya baru bisa menyimak di menit 30-an karena tiba-tiba laptop ngambek. Saya tentu lebih ngambek karena merasa "wasting time" hampir satu babak gara-gara dingambekin laptop sendiri.
Setelah ngambeknya selesai, rupanya memang skor kaca mata masih bertahan sampai babak pertama usai. Ada senang tapi juga sedih. Senang karena saya masih bisa mengikuti pertandingan pertama, sedih karena belum ada bola masuk ke gawang lawan. Hadeuh.
Sampai masuk babak ke dua. Berkat ada handball, akhirnya satu gol dari pinalti untuk Indonesia. Unggul 1-0. Sebuah pencapaian yang ciamik di mana pertandingan ini memang bukan pertandingan yang biasa. Lawan Thailand, gitu. Berasa final.
Namun bola memang bundar, lapangan masih persegi panjang. Kurang lebih sepuluh menit waktu normal berakhir, pertahanan Indonesia tak setangguh dugaan. Skor menjadi satu sama. Di waktu yang sebentar lagi menurut penonton seperti saya, dan masih terasa panjang untuk para pemain. Sayang. Hiks,
Ya, memang permainan belum selesai. Skor yang menggemaskan itu berakhir sampai peluit panjang. HAHA.
"Terus Kapan Menangnya?"
Jumlah supporter yang datang, yang nyaris 50ribu itu adalah bukti bahwa sudah dahaga rasanya ingin melihat kamu -timnas- juara. Lebih lagi harapannya ketika yang dilawan hilang satu, hanya bersepuluh. Cuma ternyata tidak seindah inginku, inginmu, tetapi mungkin inginnya.
Pertandingan yang ingin sekali bisa juara, tapi apa daya harus dihantam kenyataan. Jadi jangan bosan jika kemudian pertanyaan masih akan selalu sama, "Kapan Menang?"
Kami semua rindu, saya rindu. Jangan ditanya hati ini sudah sekuat apa, sudah sangat terlatih.
Salam,
Listhia H. Rahman