Delapan tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Tidak menyesal, banyak bersyukur. Dari situ, titik awal banyak dimulai.
Sudah sering saya ceritakan betapa saya bangga menjadi bagianmu. Hal-hal tidak terduga yang tercipta, yang tiada putus.
Rezeki yang ikut mengalir. Tidak melulu harta, tetapi pertemanan. Yang tak mengenal, jadi saling. Melalui tulisan, saya bilang itu keren!
Satu, satu, satu tulisan dilahirkan. Selesai. Tahu-tahu kini sudah mencapai angka ke-900. Sembilan ratus tulisan itu bukan hal yang sedikit. Seratus lagi, saya punya seribu. Tidak menyangka sampai di angka itu. Jangan dibandingkan dengan yang lain. Saya malu.
Seiring waktu, saya tidak seperti dulu. Rasa malas yang datang. Alasan-alasan tidak menulis yang dikata lumrah. Untung tulisan yang tersendat hanya seminggu, paling. Tidak pernah sampai bulanan. Saya orang yang mudah rindu. Pembelaan.
Mudah-mudahan bermanfaat yang sudah dibuat. Mudah-mudahan bisa menjadi ladang berbagi untuk semua. Terima kasih sudah membersamai. Hanya ingin terus berlanjut, entah sampai kapan.
Terima kasih sudah bersama sejak saya menjadi mahasiswa sampai kini punya mahasiswa. Dalam kurun waktu sewindu, kamu telah menjadi bagian dalam hidup yang tidak saya lupakan, dan yang mungkin akan orang juga sematkan.
Saya menjadi apa hari ini, adalah jasamu juga. Tuhan memang sutradara yang handal, yang meski tidak kita ketahui skenario pasti dan skrip apa yang harus dihafal, jalan cerita yang terjadi tak disangka menyenangkan.
Pertemuan paling saya syukuri sepanjang hidup saya salah satunya adalah bertemu kamu. Kamu yang meski bukan seseorang tetapi banyak menjadi pengisi cerita. Terima kasih sekali lagi sudah ada. Kalau tidak ada kamu di cerita hidup ini, seperti Purwakarta tanpa Sate Maranggi, ada yang kurang.
Tulisan ini saya hadiahi untuk diri sendiri sebagai bentuk syukur atas pencapaian gelar bloger selama sewindu. Sengaja diurutan ke-900. Mari lanjutkan sampai seribu, dua ribu, satu juta? Siapa tahu.
Selamat mengulang tanggal yang ke-delapan kali. Saya masih di sini. Tidak kemana-mana, susah pindah. Terlanjur nyaman, Maaf tidak serajin di awal, yang penting tidak pernah berusaha pergi. Terima kasih, sudah menjadi saksi tumbuh kembang tulisan saya.