Saya sedikit menyesal mengapa saya baru tahu ada lokasi ini. Andai saya tahu beberapa bulan yang lalu, mungkin saya sudah membawa teman-teman mahasiswa saya berkunjung ke sini sebagai salah satu tatap muka di mata kuliah Sosioantropologi Gizi. Tidak hanya berisikan perjalanan tetang kelahiran manusia dan bagaimana mulianya peran Ibu, di sini saya juga belajar bagaimana filosofisnya masyarakat sunda.
4/
Matahari makin tinggi. Daftar lokasi yang harus kami kunjungi masih mengantri. Tujuan selanjutnya adalah Galeri Wayang. Namun, sebelum itu kami memutuskan untuk beribadah salat zuhur di masjid agung.
5/
Selesai salat, kami tinggal melakukan perjalanan dengan menggunakan kaki alias jalan. Sebagai orang yang tidak asing dengan wayang dan cukup mengenal beberapa tokohnya, saya jadi malu karena baru tahu ada tempat se-wayang galeri wayang. Mantul!
6/
Setelah asyik mengambil konten perwayangan, yang sudah saya rencanakan untuk konten bulan November di mana tepat tanggal 7 adalah Hari Wayang Nasional, perjalanan dilanjutkan kembali. Perjalanan yang akan menyenangkan perut kami yang mulai bernyanyi. Menuju kampung sate maranggi di Plered.
Kali ini lokasinya lumayan, sekitar 30 menit perjalanan. Sampai di lokasi kami sudah disuguhi tempat untuk menyantap sate dan sop khas dari Purwakarta, tak lupa beberapa juga menyicipi ketan bakar.
7/
Perut sudah terisi, tenaga sudah kembali. Waktunya tidur, oh tentu sayang jika ditinggal tidur. HEHE. Kami melanjutkan untuk melihat keramik di Litbangnya. Keramik cantik yang sudah berkualitas ekspor terpampang di sana. Dari rombongan pun ada yang membawanya sebagai cinderamata.