Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jika Jadi Atlet, Saya Adalah Atlet...

7 Agustus 2021   20:34 Diperbarui: 7 Agustus 2021   20:46 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panahan tepat di hatimu~ Canda panah.

Jarang-jarang saya mengikuti topik pilihan Kompasiana. Namun yang kali ini saya jadi ingin ikutan karena topik yang diangkat sedang hits, apalagi saya menemukannya ketika sedang menuliskan hal yang serupa. Menulis tentang olahraga. Sepertinya saya harus ikut memeriahkan yang ini juga.

"Aku mau jadi atlet!" begitu seruan dalam judul untuk mengajak kompasianer menuliskan impian atau pengandaian jika menjadi atlet. Kira-kira saya cocoknya jadi apa ya?

Kebangkitan Ingatan Masa-masa Sekolah

Berhubung olahraga menjadi pelajaran rutin di masa-masa sekolah dasar sampai menengah atas, maka membahas ingin menjadi atlet apa tidak akan terlepas dari ingatan masa-masa itu. Masa di mana saya -mungkin juga kamu- mencoba banyak jenis olahraga (mau tidak mau). Demi apa lagi kalau bukan demi nilai. HAHA.

Ah, iya. Rupanya dari sekolah dasar saya memang tidak begitu tertarik menjadi atlet. Saya banyak payahnya. Mudah mengeluh, capeeekkkk! Satu-satunya motivasi pelajaran olahraga adalah setelahnya, waktu istirahat yang bisa dicuri lebih panjang ketika bisa menyelesaikan lebih dahulu. Waktu di mana bisa mlipir ke kantin segera untuk memesan segelas es kelapa muda gula merah dan gorengan yang dipotong gunting lalu disiram sambal dan kecap. Oya, jangan heran dengan perlakuan gorengan yang seperti itu, karena di sekolah saya dulu itu lumrah. 

Kembali ke ingatan masa sekolah.

Meski tidak sebanyak cabang olahraga di olimpiade Tokyo yang berjumlah 46, olahraga di masa sekolah cukup bervariasi. Di mulai dari senam irama, senam lantai, senam jantung melihat kakak kelas yang cakep, eh nggak! Bola kasti, bola basket, bola voli, renang, lompat jauh, lari-lari dari kenyataan, eh lari berapa kilometer gitu pokoknya saya bisa habiskan setengah jam karena banyak jalannya.

Mari berandai-andai...

Untuk menentukan atlet apa yang cocok untuk saya, saya akan kenang bagaimana penilaian olahraga yang pernah saya dapatkan dan saya ingat tentunya.

Bola voli? Hm, sepertinya tidak mungkin karena untuk penilaian servis pun terlalu berat bagi saya. Bola basket? Ring-nya nggak bisa lebih pendek? Saya lebih berbakat di pinggir lapangan, jadi supporter.

Lanjut, rrenang? Bisa meluncur saja sudah kebanggaan. Nilai renang saya adalah nilai kasihan. Lompat jauh? Hmm, ternyata lebih jauh keinginan untuk bisa bersama dia. Eh canda.

Aha. Sepertinya ada yang potensial. Olahraga yang paling aman dan nilainya diharap bisa mendongkrak olahraga saya yang payah adalah senam. Apalagi saya juga sering disuruh maju ke depan untuk dijadikan contoh. Ehem.

 Ya, walau ada juga cerita lucunya di mana sewaktu penilaian senam dengan penutup mata, saya pernah hampir menyapu semua arena senam sih. HAHA.

Barangkali atlet senam seperti senam ritmik adalah bentuk dari pengandaian jika saya menjadi atlet. Atlet yang di mata saya selalu terlihat cantik gerakkannya, apalagi kalau kostumnya juga menarik. 

FYI, tepat di hari ini cabang senam ritmik diperlombakan. Bahkan yang individu sudah keluar pemenang. Silakan disimak untuk besok minggu final yang beregu, loh.

Tidak terbayang sih bagaimana harus melatih tubuh agar lincah dan lentur, belum lagi jika menggunakan alat seperti pita, hulahop, atau bola. Atlet yang tidak bisa terlepas dari keindahan olah tubuhnya. Atlet yang tiap gerakannya akan selalu diikuti oleh mata juri dan penontonya. Satu kesalahan saja, pasti terdeteksi.Nah, yang membuat saya masih penasaran adalah bagaimana penilaiannya. Masih belum mengerti. HAHA.

Aduh aduh membayangkan saja sudah membuat saya menyerah. Untung Ini cuma andai saja.

Kalau kamu jadi atlet apa? Lempar tanggungjawab, tolak gombalan-gombalan masa pdkt, lompat dari masa lalu yang kelam? Yang terakhir sepertinya cocok untuk meraih medali masa depan secerah emas. Semoga berhasil!

Salam,

Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun