Hal itulah yang sering membuat Bapak -yang sering kali menemani saya membeli baju- menjadi kesal sendiri ketika berbelanja dengan saya. Tanda kalau Bapak sudah kesal juga sudah saya hafal yaitu ketika Bapak mulai mengatakan semua yang saya pegang bagus semua. Pengalaman yang terus berulang tersebut membuat Bapak lebih suka memberikan saya uangnya saja. Hehe.
Ya, bagi saya membeli baju baru tidak harus saat lebaran. Bukan keharusan. Ada baju baru, Alhamdulillah. Kalau tidak beli baru ya tidak masalah. Baju yang dibeli di luar lebaran juga bisa jadi pilihan. Lagipula hakikat dari merayakan lebaran tidak dilihat dari baju yang kita kenakan, tapi lebih penting dari itu adalah hati yang kembali suci, kan? Ehem.
Jelang Lebaran Justru Ini yang Sekarang Saya Incar
Bukan baju, bukan kue kering.
Jelang lebaran, keranjang belanja saya malah berisi yang lain. Salah satunya buku. Senang sekali melihat buku yang saya incar ternyata punya harga yang menarik di tanggal cantik kemarin. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, buku itu sekarang sudah dalam perjalanan. Buku yang akan menjadi teman saya di kala lebaran nanti. Buku apakah itu?
Selain buku, lebaran ini saya malah mengincar tempat penyimpanan data. Gara-gara melihat memori laptop yang mulai sesak, sepertinya saya sudah harus menyiapkan ruangan lain untuk memindahkan mereka. Apalagi saya tipe yang harus berpikir berkali-kali untuk menghapus data. Alhasil lebih banyak yang dipertahankan daripada yang dihapus. Rasanya tiap data sayang dibuang.
Lebaran ini saya justru lebih fokus membeli barang yang memang dirasa saya sedang butuhkan. Barang-barang yang di luar kebiasaan orang-orang beli saat lebaran.
Oya, di salah satu sisi bertemu hari kemenangan selalu memberikan euforia tersendiri, tetapi di sisi lain ada sedih yang juga berkunjung mengingat kita harus berpisah dengan bulan penuh berkah, Ramadan.
Jadi, sudah belanja apa selain baju? Semoga kita semua dijauhkan dari kebiasaan boros. Aamiin.
Salam,
Listhia H. Rahman