Ibumu, ibumu, ibumu, Ayahmu.
Dalam Islam, kedudukan Ibu sangatlah istimewa sampai-sampai Rasul pun menyebutnya sebanyak tiga kali.
Hal ini karena menjadi Ibu harus melewati fase-fase tidak mudah antara lain mengandung, melahirkan, dan menyusui. Namun, bukan berarti peran Ayah dikesampingkan. Sebab Ayah juga punya peran yang juga penting dalam keluarga seperti mencari nafkah.
Selain berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, kisah mengenai Ibu bisa diteladani dari sosok Uwais al Qarni. Pemuda biasa asal Yaman yang tidak kekurangan kasih sayangnya pada sang Ibu. Bagaimana kisahnya? Berikut yang saya baca dari beberapa sumber.
Kisah Uwais dan Ibunya yang Lumpuh
Dikisahkan tinggalah seorang pemuda yang memiliki penyakit belang di tubuh bersama ibunya yang lumpuh. Mereka berdua masuk Islam setelah mendengar seruan Nabi Muhammad saw. dari Mekah.
Singkat cerita, suatu hari Uwais ingin sekali bertemu dengan Rasul. Dengan izin ibunya, Uwais berangkat menuju Mekah sambil selalu mengingat pesan Ibu bahwa ia harus segera pulang karena kondisi ibunya yang sakit-sakitan.
Uwais pun menuju Madinah, tempat di mana Rasul berada saat itu. Namun, apa mau dikata, ternyata Uwais tidak bisa bertemu Rasul yang saat itu sedang melakukan tugasnya sebagai pemimpin perang. Akhrinya, melalui Siti Aisyah RA -istri Rasul-, Uwais menitipkan salam dan kembali pulang untuk mengurus ibunya kembali.
Mewujudkan Keinginan Ibu Pergi Haji
Salah satu keinginan Ibu yang ingin diwujudkan Uwais adalah menunaikan ibadah haji.
Jarak Yaman ke Mekah tidaklah dekat. Apalagi di masa itu orang-orang mengandalkan unta sebagai alat transportasi. Namun, tidak semua orang bisa menggunakannya, seperti Uwais yang serba berkecukupan.
Sebagi anak yang berbakti, Uwais tidak kehilangan akal untuk mewujudkan keinginan Ibunya. Cara yang ia tempuh adalah dengan membeli seekor lembu. Apa hubungannya lembu dengan pergi haji?
Ya, hal ini sempat membuat Uwais dicap aneh oleh banyak orang, apalagi ketika mereka tahu bahwa Uwais membuat kandang untuk lembunya di puncak bukit, yang membuat ia setiap hari harus bolak-balik menggendong anak lembu tersebut.
Namun, itulah cara cerdik Uwais. Lembu yang ia gendong naik turun bukit adalah salah satu cara untuk melatih ototnya agar kuat untuk menggendong Ibunya dari Yaman menuju Mekah.
Atas seizin Allah, Uwais dan Ibunya pun berhasil sampai Mekah untuk mejalankan ibadah haji. Tiada lelah Uwais menggendong Ibunya saat wukuf di Arafah dan tawaf di Ka'bah.
Saat di depan Ka'bah, Uwais bukan meminta maaf untuk dirinya, ia justru berdoa untuk sang ibu tercinta untuk diampuni dosa-dosanya.
"Cukuplah ridha ibu untuk membawaku ke surga," katanya.
Masya Allah.
Meski dalam hidupnya tidak pernah bertemu Rasul, Rasul tahu bahwa Uwais adalah pemuda yang istimewa. Bahkan beliau berpesan kepada Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib agar meminta Uwais untuk mendoakan mereka agar diampuni oleh Allah swt.
Sampai kematiannya, Uwais tidak kehilangan keistimewaannya. Banyak orang berebut untuk mengurus jenazah Uwais, yang banyak pula diyakini bahwa orang-orang yang berebut itu adalah para malaikat yang turun ke bumi.
Begitulah kisah Uwais, pemuda biasa yang tidak banyak dikenal di bumi tapi viral penjuru langit. Semoga kita bisa belajar dari kisah Uwais yang begitu berbakti pada Ibunya. Mudah-mudahan cerita ini bisa bermanfaat dan menjadikan kita selalu ingat pada Ibu.
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H