Jarak Yaman ke Mekah tidaklah dekat. Apalagi di masa itu orang-orang mengandalkan unta sebagai alat transportasi. Namun, tidak semua orang bisa menggunakannya, seperti Uwais yang serba berkecukupan.
Sebagi anak yang berbakti, Uwais tidak kehilangan akal untuk mewujudkan keinginan Ibunya. Cara yang ia tempuh adalah dengan membeli seekor lembu. Apa hubungannya lembu dengan pergi haji?
Ya, hal ini sempat membuat Uwais dicap aneh oleh banyak orang, apalagi ketika mereka tahu bahwa Uwais membuat kandang untuk lembunya di puncak bukit, yang membuat ia setiap hari harus bolak-balik menggendong anak lembu tersebut.
Namun, itulah cara cerdik Uwais. Lembu yang ia gendong naik turun bukit adalah salah satu cara untuk melatih ototnya agar kuat untuk menggendong Ibunya dari Yaman menuju Mekah.
Atas seizin Allah, Uwais dan Ibunya pun berhasil sampai Mekah untuk mejalankan ibadah haji. Tiada lelah Uwais menggendong Ibunya saat wukuf di Arafah dan tawaf di Ka'bah.
Saat di depan Ka'bah, Uwais bukan meminta maaf untuk dirinya, ia justru berdoa untuk sang ibu tercinta untuk diampuni dosa-dosanya.
"Cukuplah ridha ibu untuk membawaku ke surga," katanya.
Masya Allah.
Meski dalam hidupnya tidak pernah bertemu Rasul, Rasul tahu bahwa Uwais adalah pemuda yang istimewa. Bahkan beliau berpesan kepada Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib agar meminta Uwais untuk mendoakan mereka agar diampuni oleh Allah swt.
Sampai kematiannya, Uwais tidak kehilangan keistimewaannya. Banyak orang berebut untuk mengurus jenazah Uwais, yang banyak pula diyakini bahwa orang-orang yang berebut itu adalah para malaikat yang turun ke bumi.
Begitulah kisah Uwais, pemuda biasa yang tidak banyak dikenal di bumi tapi viral penjuru langit. Semoga kita bisa belajar dari kisah Uwais yang begitu berbakti pada Ibunya. Mudah-mudahan cerita ini bisa bermanfaat dan menjadikan kita selalu ingat pada Ibu.