Setiap ada suka, pasti ada duka. Hal itu jugalah yang terjadi di setiap kehidupan persaudaraan kandung. HAHA.
Mari bercerita dukanya dulu. Duka dari punya saudara kandung yang saya rasa adalah ketika kami masih muda sekali. Ketika kami masih di tahapan anak-anak dan tidak mau mengerti. Kami yang sama-sama suka cari perhatian dan mau diperhatikan.
Duka yang saya alami masihlah dibatas wajar seperti menangis karena harus membagi makanan kesukaan (duka sih menurut saya, hehe), cekcok karena diam-diam barang dipakai, sampai yang paling parah merasa orang tua tidak adil memperlakukan hanya karena hal-hal sepele. Pembagian uang salam tempel, misalnya.
Hal yang ketika disadari sekarang, ketika sudah mulai belajar banyak di kampus kehidupan (halah), menjadi ingin ditertawakan saja.
Bagaimana dengan sukanya? Sukanya memiliki saudara kandung adalah kita tidak pernah merasa sepi. Apalagi ketika masih anak-anak, punya saudara kandung sekaligus teman bermain yang tidak akan disuruh pulang oleh Mamanya (yaiyalah, Mamanya kan sama) adalah kebahagiaan.
Suka itu makin berlipat ketika saudara kandung saya juga berjenis kelamin sama. Kakak perempuan membuat saya punya teman yang bisa mengerti.
Ya, walaupun sempat terlintas juga di pikiran, "Kayaknya kalau punya kakak laki-laki seru, bisa jagain." Hehe, bercanda.
Punya saudara kandung yang saya sebut adik ternyata juga jadi hal yang menyenangkan. Walau sewaktu kecil sering dibuat jengkel, hari ini ketika sudah melewati banyak waktu, adik menjadi seorang yang bisa diandalkan. Semisal menitip makanan, pasti diusahakan (tapi nanti minta diganti lebih #eh).
Dulu Berantem, Sekarang Saling Kangen
Lagi-lagi, semua bisa berubah karena waktu. Termasuk hubungan antar saudara kandung yang saya rasakan.
Kini, di saat kami semua sudah tidak anak-anak lagi dan harus berpisah jarak, kami sama-sama sudah lupa caranya mencari ribut.