Aku tidak bisa menjadi seorang yang membuatkanmu kopi setiap pagi, tapi setidaknya aku masih bisa membuat hal yang sama-sama pahit dan juga bisa dinikmati.
Aku sudah gagal menjadi yang kamu pikirkan setiap hari, tapi setidaknya aku selalu berhasil mengundangmu datang dalam ingatanku berkali-kali.
Dalam diam-diam sekalipun. Aku ingin kamu abadi. Meski hanya dalam bait-bait yang kamu telantarkan. Aku tidak peduli.
Kamu masih menjadi diksi untuk anak-anak puisiku. Anak-anak yang akan kamu kenali meski waktu sudah banyak berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H