Merayakan dengan tangisan maksudnya. #eh
Ada bertemu, ada berpisah. Ada bahagia, ada sedih. Ada aku, kamu malah hilang pas aku lagi sayang-sayangnya. Eits. Sudah-sudah.
Sudah sering rasanya kita menjodohkan pertemuan dengan hal yang menyenangkan. Ya, walau tidak selalu seperti saat bertemu dia yang didamba bersama yang lain. Hiks. Sudah sering juga rasanya kita menghubungkan perpisahan dengan hal yang menyengsarakan. Seakan perpisahan hanya berisi hal-hal yang menyedihkan. Padahal ya memang, tapi tidak selalu.
Tidak semua perpisahan harus membuat kita mengeluarkan air mata. Sebaliknya, perpisahan yang diciptakan dengan bahagia. Perpisahan yang dirayakan dengan tawa bukan duka. Perpisahan dalam rangka apa yang bisa dirayakan dengan cara bahagia?
Berpisah dengan Rasa Sakit Hati yang Berkali-kali dan Kamu Tahu Penyebabnya
Kalau kamu sudah tahu apa hal yang membuat hatimu sakit, maka saatnya merayakan perpisahan. Kamu tidak perlu melakukan adegan yang tidak berguna dengan pura-pura bahagia apalagi pura-pura kuat. Tidak usah berlindung di balik "yok bisa yok."
Jangan membuang waktu hanya untuk melakukan "pengobatan" hati secara mandiri dengan memberikan ruang untuk kata maaf yang berkali-kali. Kalau terus diulang, itu bukan lagi kesalahan tapi kebiasaan.
Kamu cuma khawatir menghadapi rasa takut saat berpisah dan suka lupa bahwa cuma perlu yakin akan jauh lebih bahagia setelahnya. Jadi menunggu apa kalau jelas-jelas undangan untuk merayakan perpisahan sudah di depan pintu?
Berpisah dengan Seorang yang Tidak Mau Memperjuangkanmu
"Tahu darimana tidak mau?"
Begini.
Tidak perlu menjadi peramal, tapi perhatikan saja sikap dan perilaku. Kalau apa yang dilakukan tidak pernah menunjukkan bahwa dia akan benar-benar berjuang untukmu, sudah jelas itu juga adalah jawabannya. Dia memang tidak mau berjuang. Sadarlah!
Dalam hubungan, misal. Jika dia mengatakan cinta tapi menghindar ketika ditanya kejelasan, jangan-jangan memang dia tidak benar ingin memperjuangkan. Dia hanya sedang mengisi waktu luang atau kesepian sesaat.
Kalau sudah begini mau berjuang sendiri? Berpisah saja sudah, cari yang baru, yang mau memperjuangkan. Sama-sama berjuang, tepatnya. Biar lebih adil dan kamu tidak capek sendiri.
Berpisah untuk Mengganti Kisah yang Baru, yang Lebih Seru
Tidak perlu memaksakan episode selanjutnya terus berlanjut, jika tokoh utama selain kamu yaitu dia jelas-jelas sudah ingin mengakhiri. Kalau sudah tamat, tutup buku lalu buka yang baru. Ceritanya sudah tidak seru makanya perlu dilanjutkan dengan berganti kisah.
Jangan ingat bahwa kisah sudah berakhir, tapi ingat bahwa ada kisah yang akan diganti dengan tokoh yang baru. Bukan dia lagi, dia lagi. Dunia ini tidak hanya berisi kamu dan dia, itu cuma karena kamu dibutakan atas nama cinta, katanya .
Lagipula cerita dengannya saja yang usai, tapi cerita tentang kamu tidak. Masih tentang kamu hanya dengan tokoh yang berbeda.
Kamu cukup yakin bahwa perpisahan mengingatkanmu untuk membuka lembaran baru., untuk percaya bahwa sudah ada yang disiapkan di depan dan kamu cukup percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Sakitnya berpisah cuma jangka pendek, yang jangka panjang bahagiamu. Bukankah itu lebih menguntungkan hatimu?
Kita tidak pernah tahu apa yang sudah Tuhan tuliskan. Itulah bagian dari serunya takdir. Tidak usah membuat jalan ceritanya, karena Tuhan adalah sebaik-baiknya pembuat plot twist. Jadi jangan takut untuk berpisah, siapa tahu perpisahan yang kita hadapi adalah sebuah perayaan yang semestinya kita bahagiakan.
Berpisah tidak melalu berarti akhir, tapi awal untuk memulai dengan lebih baik. Semoga begitu, ya.
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H