Selain cinta, satu kata berjuta cerita adalah Ibu.
Masuk bulan Desember, bulan penutup tahun yang menyimpan banyak perayaan. Seperti di tanggal 22 nanti yang menjadi hari spesial untuk seseorang yang melahirkan kita ke dunia. Ibu.
Namun sejatinya, mengingat dan mengatakan sayang kepada Ibu tidaklah harus menunggu perayaan itu. Di setiap waktu, di setiap detik yang kita miliki, kita punya kesempatan untuk mengatakannya bukan?
Lewat Ibu, Kita Ada Hari Ini
Melalui Ibu, kita dilahirkan, dirawat dengan kasih sayang, diberikan segala yang terbaik bahkan ketika kita belum resmi lahir ke dunia. Masih asyik di dalam rahim, kadang menendang tapi tetap disayang.
Menjadi seorang ibu tidaklah gampang. Menjadi Ibu adalah tanggungjawab yang besar. Itulah mengapa semuanya harus sudah benar-benar siap semenjak menjadi calon Ibu.
Gizi setiap anak saat membuka pertama mata pertama kali di dunia adalah cerminan gizi ibu. Ibu hamil dengan status gizi yang baik akan melahirkan bayi yang sehat. Begitupun sebaliknya, jika Ibu mengalami kurang gizi (seperti Kurang Energi Kronis/KEK), bayi yang terlahir akan berisiko memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) atau kurang dari 2.500 gram.
Sewaktu saya menulis ini, saya iseng bertanya pada Ibu yang lebih sering saya panggil dengan Mama. Soal berat badan saya ketika lahir. Ternyata Mama menyebutkannya tanpa perlu banyak waktu berpikir dan bukan hanya soal berat badan saya, tetapi juga kakak dan adik saya.
Secara berurutan berat kami adalah 2.9 kilogram, 3.0 kilogram dan juga 3.3 kilogram. Nampaknya Mama selalu memperbaiki gizi setiap anaknya lahir. Terima kasih, Ma untuk ingatan yang tidak lekang waktu dan apa yang diberikan semasa kami di rahimmu.
Ya, terutama di masa-masa seribu hari kehidupan (1000 HPK) adalah kesempatan Ibu untuk memberikan ekstra perhatian pada anak yang akan dan sudah dilahirkan. Karena itulah yang disebut dengan periode emas di mana pertumbuhan otak sedang sangat pesat. Masa-masa yang tidak bisa terulang dan sulit diperbaiki jika terlewati di masa mendatang.