Mau nurunin berat badan ah!
Padahal udah pas.
Kemarin udah turun berat badanku, tapi kok bulan ini nggak lagi ya?
Ternyata masih kurang~
Membahas berat badan nampaknya masih atau akan selalu jadi obrolan yang sering menghampiri saya. Dari mulai saudara dekat sampai pacarnya orang. Pembahasan sensitif tapi seksi, ya.
Memiliki tubuh yang ideal memang menjadi dambaan semua orang. Apalagi kalau melihat media sosial hari ini yang begitu banyak menyuguhkan kita dengan kriteria body goals. Tinggi, langsing, cantik, putih dan pinter goyang tik*tok? Eh.
Persoalan Citra Tubuh, Takut Tidak Menarik?
Sering kali pembahasan soal berat badan bukan semata-mata soal berat badan saja, melainkan lebih kepada adanya persoalan citra tubuh atau body image. Tentang bagaimana cara pandang kita terhadap tubuh kita sendiri. Kita terutama kaum perempuan (walaupun laki-laki saya yakin juga mengalaminya) yang terlalu khawatir dengan bentuk tubuh sendiri. Pada bentuk dan ukuran tubuh tertentu, seperti berat badan dan tinggi badan.
Terlebih di zaman serba digital, tidak bisa kita hindari bahwa tuntutan citra tubuh yang dianggap proporsional makin menjadi-jadi. Kita seperti dibombardir dengan unggahan mereka yang dianggap "sempurna".
Tuntutan yang juga banyak didorong takut tidak menarik, yang kemudian membentuk standar kepopuleran tubuh sesuai dengan mereka yang dianggap sempurna.
Takut tidak menarik jika tidak seperti kebanyakan? Takut tidak dilirik saat tidak kutilang, kurus tinggi langsing? Terlalu banyak dipikir lalu jadi insecure. Duh.
Cintai Diri Sendiri, Baru yang Lain
Sebenarnya citra tubuh tidak melulu berdampak buruk jika itu adalah citra tubuh yang positif.
Sebagai bentuk pengalaman emosional yang kompleks, citra tubuh memang menarik untuk diteliti. Bagaimana bisa membangun citra tubuh positif dan meniadakan yang negatif?
Saat kita memiliki citra tubuh positif, kita akan paham bahwa harga diri tidak tergantung dari penampilan. Lagi pula gambar-gambar yang bertebaran di media sosial belum tentu sesuai kenyatannya. Ingat bahwa teknologi kini jauh lebih canggih dan hampir sebagian besar ingin terlihat menarik di sana. Daripada membandingkan tubuh dengan orang lain, lebih baik memikirkan tubuh sendiri dengan memberikan yang terbaik. Dengan memberinya makanan yang bergizi, berolahraga, dan tidak lupa tidur yang cukup.
Membanding-bandingkan ukuran tubuh atau penampilan orang lain dengan dirimu hanya akan menyiksa diri. Membuat kamu tidak puas dan kurang percaya diri yang akhirnya membentuk citra tubuh negatif. Jika terus menerus terjadi dan dibiarkan bisa-bisa menjadi depresi. Malah susah sendiri bukan?
Citra tubuh negatif atau ketidakpuasan akan tubuh sendiri juga dikhawatirkan dapat membuat seseorang melakukan tindakan yang sebenarnya tidak perlu seperti melakukan diet ketat yang tidak aman sampai terpengaruh membeli sesuatu yang viral hanya karena terdapat embel-embel cepat menurunkan berat badan?Seyakin itu banget?
Meski diri sendiri adalah penanggungjawab atas tubuh ini, dukungan sekitar juga tidak kalah penting dalam membangun citra tubuh yang positif. Ada peran keluarga di sana, teman sebaya, dan tentu media sosial yang bisa kamu kontrol. Jika tidak nyaman dengan unggahan seorang karena tampilan, kamu bisa melewatinya. Ikuti saja akun-akun yang menghibur seperti hewan peliharaan atau pemandangan?
Kelilingilah pertemananmu dengan yang bisa memandangmu secara positif. Lihatlah setiap individu secara keseluruhan dan tidak ada yang sempurna. Jangan kejar kurus, tapi yang normal, yang sehat. Ingat, ejaan cantik itu bukan kurus dan putih.
Kalau bukan kita sendiri yang mulai mencintai tubuh kita, siapa lagi? Sepertinya kita juga harus sama-sama pikir terlebih dahulu sebelum mengomentari kondisi tubuh seseorang. Hmmm.
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H