Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Oh, Ternyata Selama Ini Cuma "Scarcity Effect"

12 Agustus 2020   22:32 Diperbarui: 25 Mei 2022   23:08 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | Photo by OneSave/Day on Unsplash @onesaveaday

Belum pernah mendengar, tapi pasti pernah merasakannya~

Ini soal psikologi marketing. Soal cara berbelanja kita yang ternyata sadar tidak sadar telah mempengaruhi emosi kita dalam membeli sesuatu barang atau jasa.

Dalam dunia marketing atau pemasaran, tentunya hal ini tidaklah asing bagi pelaku atau pebisnis. Pasalnya cara ini memang cukup efektif dalam membuat para calon konsumen menjadi "takut" sehingga menjadi merasa harus membelinya. Seperti merasa takut kehabisan karena menganggap barang tersebut punya nilai lebih. Padahal, maaf sepertinya tidak juga. Tidak selalu.

Melalui konten youtube milik Rianto Astono berjudul "Scarcity effect-video segera dihapus-teknik psikologi marketing", saya jadi tahu ada istilah ini. Scarcity yang dapat diartikan sebagai kelangkaan, yang ternyata memang tidak selalu alamiah tercipta, tetapi bisa diciptakan.

Sudah Terpapar tapi Tidak Sadar

Selama ini sepertinya saya (atau mungkin kamu juga) sudah terkena efek ini.

Saya akan cerita versi saya. Di mana ingatan saya akan saya bawa kembali ke momen puasa. Waktu itu, saya dan kakak sedang giat-giatnya berburu baju untuk lebaran. Tidak untuk dipakai sendiri, tetapi dijual lagi. Posisinya kakak yang mengajak, saya yang diajak.

Saya tidak akan menyebutkan nama brand-nya. Hanya saja, brand ini cukup hits dikenal bagi para perempuan berhijab. Produknya yang terlihat eksklusif menjadi satu daya pikatnya. Apalagi memang barang tersebut tidak tersedia sepanjang waktu. Hanya di hari dan waktu yang telah ditentukan.Ya, mungkin ini yang membuat mereka selalu berhasil membuat barang mereka begitu spesial.

Hari-hari sebelum penjualan tiba, mereka akan gencar mengadakan pengumuman melalui akun-akun media sosialnya. Memperlihatkan produk yang akan dijualbelikan dan tidak lama akan diserbu ribuan komentar calon pembeli.

Jika melihat harganya, bisa dikatakan barang tersebut tidaklah murah dibandingkan produk sejenis yang ada di pasaran. Bisa sampai setengah juta bahkan bisa lebih lagi jika kita menjualnya lagi. Namun ajaibnya, harga itu tetap diburu. WOW.

Dengan konsep siapa cepat dia dapat dan pembelian yang dibatasi minimal dua (bahkan pernah suatu hari hanya diperbolehkan satu item saja), menjadi cara yang mereka tawarkan. Untuk itulah, kakak sampai memberi taktik agar berhasil mendapatkannya. Berbelanja saja harus pakai strategi, ges~~

Lima belas menit sebelum waktu penjualan tiba biasanya saya sudah diingatkan kakak untuk bersiap. Karena jika berebut di waktu yang tepat waktu banyak gagalnya. Paling sering adalah kehabisan waktu akses lalu tiba-tiba sudah habis saja. Secepat itu.  

Ya, sudah ancang-ancang dari beberapa menit sebelum waktu "berperang" pun masih sering kali tidak berhasil mendapatkannya. Benar-benar nampak seperti peperangan yang sengit. HAHA.

Oya, saking sudah terkenal akan perebutannya, suatu hari saya pernah mengunggah produk yang berhasil saya dapatkan di medsos. Responya beberapa teman berkomentar "kok bisa?" atau "gimana caranya?" Saking sesusah itu, nampaknya berita keberhasilan mendapatkan barang tersebut seperti sebuah prestasi. 

Ya, sampai segitunya.

Dua Kabar: Antara Lakukan dan Jangan Mudah Tergoda

Bagi pelaku bisnis, tentu adanya dampak dari kelangkaan yang diciptakan menjadi kabar bahagia. Karena dengan langkah tersebut mereka mampu mendongkrak pemasaran dan justru akan merugi jika melewatkan momennya. 

Namun bagi konsumen ada baiknya kita mulai bijak membeli sesuatu. Jangan sampai logika kita terbajak karena pengaruh emosi yang diciptakan pebisnis. Kita yang tidak boleh kalah cerdas. Ingat kebutuhan jangan hanya keinginan.  

Di era yang serba digital, yang turut mengubah cara berbelanja kita dengan sistem daring, ternyata memang penuh tantangan. Bagi pelaku bisnis, mereka harus pandai membuat taktik jitu untuk memikat pembeli. Sedangkan di sisi konsumen, mereka harus lebih jeli dalam berperang membeli suatu barang. 

Jadi, jangan lupa pikir dulu bagi semuanya saja~

Setelah tahu adanya strategi semacam ini kakak saya sepertinya sudah tobat mengajak saya berebut. Ya, mudah-mudahan. HAHA.

Salam,
Listhia H. Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun