Saya terdiam beberapa menit. Saya memastikan bahwa saya tidak hilang kesadaran. Lebih tepatnya, meredakan syok. Saya belum merasakan apa-apa waktu itu selain kaget yang luar biasa.
Lagi-lagi memang beruntung, banyak orang-orang membantu saya waktu itu.
"Mbak, tidak apa-apakan?" kata seorang bapak yang sengaja berhenti menghampiri saya, bapak yang tepat berada di belakang saya.
Alhamdulillah, memang tidak ada luka yang serius. Bahkan saya merasa baik-baik saja tanpa luka sedikitpun. Saya kira ini efek hormon adrenalin saya yang bergejolak pasca kecelakaan.
Untuk memastikannya, saya coba melihat spion motor. Ternyata ada luka di pipi kanan, telapak tangan kanan dan juga terasa nyeri di bagian betis yang baru benar-benar nampak lebamnya beberapa jam setelah kejadian.
Benar-benar seperti mimpi buruk, tapi bukan mimpi. Hiks.
Kerasnya Jalanan dan Fakta-fakta Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia
Saya bercerita soal kecelakaan yang saya alami bukan bermaksud untuk cari perhatian apalagi sengaja celaka agar jadi konten. Walah.
Saya hanya ingin berbagi cerita bahwa kecelakaan di jalan tidak pernah ada yang mengasyikan dan bisa jauh mengerikan daripada yang saya alami. Saya jadi banyak-banyak bersyukur karena Tuhan masih melindungi saya sampai detik ini.
Dunia "jalanan" memang keras. Tidak hanya aspalnya saja. Kita sudah hati-hati, tetapi belum tentu pengguna jalan lainnya. Hanya saja bukan berarti hati-hati jadi percuma, coba bayangkan kalau semuanya tidak hati-hati? Apa tidak makin parah saja?
Kecelakaan lalu lintas telah menjadi masalah yang dihadapi seluruh dunia. Dilaporkan mengakibatkan 1,35 juta orang meninggal dunia dan antara 20~50 juta orang mengalami cedera non-fatal setiap tahunnya. Berdasarkan data WHO di tahun 2018, kematiaan akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 41.862 atau 2,46 persen dari total kematian. Angka ini membuat Indonesia menempati peringkat ke-87 di dunia.