Menjadi masa-masa krusial yang perlu dipantau karena jika terlewat saja tumbuh kembang si anak, waktunya tidak bisa dikembalikan. Sampai-sampai ada istilah yang menyebutkan fase emas karena saking berharganya.
Apa Kabar Gizi Anak Balita di Masa Pandemi?
Sebelum terjadinya pandemi, kabar balita Indonesia sudah tidak benar-benar baik. Misalkan saja dilihat dari status gizi buruk dan gizi kurang yang diketahui masih diangka 17.7 persen.
Sedangkan balita sangat pendek dan pendek atau stunting (tinggi badan dibawah standar menurut usia) sebesar 30.8 persen. Data ini diperoleh dari riskesdas 2018.
Situasi pandemi seperti yang sedang kita sama-sama hadapi sekarang ini dikhawatirkan memperburuk keadaan gizi balita di Indonesia.
Misalkan saja dengan adanya perubahan pola konsumsi yang terjadi akibat daya beli yang rendah sebagai dampak pandemi.
Hal ini sangat mungkin berpengaruh terhadap status gizi balita apabila yang dibeli adalah pangan yang tidak bergizi. Apalagi jika itu berlangsung cukup lama. Seperti kita sama ketahui, sudah hampir lima bulan pandemi kita hadapi.
Ditambah lagi dengan pelayanan kesehatan yang biasanya di dapatkan balita melalui program Posyandu. Kegiatan yang biasanya diselenggarakan tiap bulannya harus mengalami penyesuaian.
Meningat balita adalah kelompok yang rentan terpapar, kegiatan yang menimbulkan kerumunan memang lebih baik ditunda sampai kondisinya benar-benar dirasa aman.
Akibat penundaan kegiatan posyandu ini data pemantauan balita pun jadi ikut terdampak. Data balita yang diukur menjadi tidak lengkap. Hal ini menjadi permasalahan baru yang dihadapi anak-anak balita di pandemi yang tidak bisa dihindari.
Oleh sebab itulah, di sini peran keluarga menjadi sangat penting sebagai pemantau pertama yang diharapkan sebisa mungkin memastikan keadaan balitanya.