Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kebutuhan Pokok Itu Bernama Kuota Internet

15 Juli 2020   22:07 Diperbarui: 15 Juli 2020   22:09 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri | paketan perdana ini langsung dikirim dari 3 Indonesia. Nggak pakai ribet, tunggu di rumah aja.

Sandang, pangan, papan, dan kuota.

Di zaman sekarang agaknya tidak berlebihan jika kebutuhan berselancar di dunia maya menjadi setara dengan kebutuhan pokok. Kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih bagi generasi milenial yang sudah sangat akrab dengan teknologi. Kebutuhan yang mampu dipenuhi dengan jaringan internet. Kuota.

Membayangkan sehari tanpa sambungan internet saja pasti sudah menduga akan menjadi hari-hari terberat, karena jangankan sehari, lima menit saja tidak ada akses internet rasanya sudah galau karena merasa banyak ketinggalan informasi. Ya, gak?

Tidak hanya menjadi urusan para generasi milenial, internet pun kini telah menginvasi generasi pendahulunya. Internet yang makin ke sini tidak lagi kenal usia.

Seperti halnya yang tercantum dalam laporan "Digital 2020" yang menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia kini telah mencapai 175,4 juta dari jumlah total sebanyak 272,1 juta populasi atau sekitar 64 persen penduduk Indonesia telah terpapar internet. Jumlah yang tidak sedikit bukan?

Masih dari sumber yang sama, jika dilihat dari kondisi internet di Indonesia diketahui kita berada di posisi ke-57 dari 100 negara yang terdaftar dalam indeks internet inklusif tahun 2020. 

Indeks internet inklusif adalah tolak ukur yang memperhitungkan tingkat cakupan koneksi internet berdasarkan dari empat kategori yaitu ketersediaan, keterjangkauan, relevansi, dan kesiapan.

Kebutuhan Internet Murah dan Cepat adalah Kunci Kebahagiaan

Angka penguna internet di Indonesia yang besar tentu akan sebanding dengan kebutuhan internet yang dibutuhkan. Kita yang kemudian mendambakan internet yang tidak hanya cepat pun harapannya juga bisa ramah di kantong.

Terlebih di kondisi pandemi seperti saat ini yang konsekuensinya membuat kita banyak berada di rumah untuk bekerja, belajar, dan beribadah. Kondisi yang membuat kebutuhan akan internet makin tidak bisa dilepaskan karena hampir sebagian besar jadi perlu kehadirannya.

Imbauan pemerintah untuk berada di rumah ini juga secara nyata membuat pergeseran pengunaan internet. Seperti ungkapan Menteri Kominfo yang menyatakan bahwa pengunaan internet meningkat di wilayah real estate, perumahan dan pemukiman. Kebutuhan internet yang kini memang banyak digunakan dari rumah-rumah.

Melihat kondisinya maka jadi tidak heran jika dalam keadaan ini pemerintah -dalam hal ini kementerian kominfo- pun meminta kepada layananan telekomunikasi seluler dan penyedia jaringan untuk menambah kapasitas dan infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan kegiatan bekerja dan belajar dari rumah.

Juga ditambah harapan masyarakat -kita sebagai penggunanya- untuk bisa menikmati kualitas jaringan yang stabil dengan harga yang tidak menambah beban pikiran.

Ya, pandemi ini membuat kita tidak bisa terlepas dari internet. Namun adanya internet saja tidak cukup. Ada kecepatan yang diharap tidak menimbulkan buffering dan adanya harga yang terjangkau mengingat kondisi daya beli yang turun adalah hal yang ingin menjadi keniscayaan.

Menghadapi Pandemi Bersama Jaringan 3 Indonesia 

Salah satu penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia yang kini beranjak dewasa adalah Jaringan 3 (Tri) Indonesia. Usianya yang sudah 13 tahun.

Dalam perjalanannya, 3 Indonesia telah mengembangkan jaringannya kepada 300 kabupaten, 3000 kecamatan, lebih dari 33 ribu desa dan telah merangkul 32 juta pelanggan di Indonesia.

Selama pandemi, Tri Indonesia juga turut berperan dengan menyediakan produk dan memastikan jaringannya selalu stabil. Seperti dalam penyediaan produknya yang kini dimudahkan dengan layanan membeli perdana secara daring. 

Tidak hanya tinggal menunggu di rumah, pun pelanggan bisa memilih sendiri 4 digit angka terakhir. Senada dengan imbauan pemerintah untuk tidak terlalu banyak melakukan kegiatan di luar dan lebih baik di rumah saja dulu.

Jika kamu adalah seseorang yang "picky" dalam membeli dan menentukan nomor, tentu adanya layanan ini membuat saya dimanjakan bukan? Dengan harga mulai dari 15 ribu, kamu sudah bisa menunggu nomor pilihanmu loh.

Dokpri | paketan perdana ini langsung dikirim dari 3 Indonesia. Nggak pakai ribet, tunggu di rumah aja.
Dokpri | paketan perdana ini langsung dikirim dari 3 Indonesia. Nggak pakai ribet, tunggu di rumah aja.
Ya, ini bukan sekadar iklan, layanan ini sudah saya buktikan dan benar-benar tinggal menunggu saja di rumah. Waktu itu saya memilih 0123 menjadi empat digit terakhir, dan beruntungnya empat angka sebelumnya saya menemukan angka yang berurutan pula. Mudah diinget banget!

Tangkapan layar | nomor yang dibuat sendiri. Seruuu!
Tangkapan layar | nomor yang dibuat sendiri. Seruuu!
Nah, jika kalian tertarik untuk menjadi pelanggan 3, silakan ikuti caranya di sini https://perdana.tri.co.id/ Tidak sampai 15 menit, kamu sudah bisa memiliki nomor tri sesuai maumu.

Kenapa harus punya sih?

Karena ada banyak pilihan layanan yang bisa kamu nikmati. Mulai dari produk AlwaysOn (AON) yang berlaku selama 24 jam dan  Unlimited AlwaysOn (Unlimited). Harganya juga cukup terjangkau dengan harga termahal yaitu 110 ribu dengan layanan unlimited + 16 GB. Harga yang bisa dibilang cukup terjangkau.

Untuk melihat penawaran lainnya, kamu bisa menemukannya diwebsite resmi di sini www.tri.co.id  atau bisa juga unduh aplikasi bima+ ya.

#KalahkanJarak agar Tetap Produktif di tengah Pandemi

Dalam kbbi, produktif diartikan sebagai mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya).

Imbauan pemerintah untuk di rumah bukan berarti semua kegiatan kita diliburkan. Kita tetap harus produktif karena yang membedakannya hanya tempat di mana kita beraktivitas. 

Memang rasanya pasti ada yang berbeda terutama suasananya. Akan tetapi ingat saja bahwa semua ini dilakukan untuk memutus rantai virus corona. Untuk kita juga.

Untunglah, dalam menghadapi pandemi ini kita sudah lebih dahulu mengenal internet. Lagi-lagi memang harus diakui bahwa kehadiran  internet inilah yang kemudian membuat kita bisa terus saling terhubung selama tinggal di rumah. Internet yang mampu #kalahkanjarak.

Internet yang cepat dan stabil kini jadi syarat teman produktif di rumah-rumah saat ini. Syarat yang saya dapat dari jaringan 3 Indonesia.

Kecepatan jaringan 3 makin terasa ketika saya mencoba untuk mengunggah konten video di Instagram saya. Tidak banyak waktu menunggu. 

Rasanya berbeda sekali jika dengan wifi di rumah yang harus menunggu sampai 5 menit hanya untuk menampilkan video berdurasi semenit. Duh.

Tangkapan layar | (kiri) kecepatan wifi rumah (kanan) kecepatan jaringan 3. Tes ini dilakukan pada waktu yang bersamaan 😂
Tangkapan layar | (kiri) kecepatan wifi rumah (kanan) kecepatan jaringan 3. Tes ini dilakukan pada waktu yang bersamaan 😂
Di masa pandemi ini membuat konten video dan mengunggahnya di media sosial adalah salah satu hal produktif yang saya lakukan di rumah. 

Ya, selain untuk mengisi waktu pun harapannya bisa menjadi media hiburan untuk teman-teman yang masih belum bisa berkumpul. Sepanjangan ini saya rasa responnya juga baik. Soalnya kalau tidak baik, tidak akan bertahan membuat konten sampai hari ini. Hehe.

Menulis blog juga masih jadi cara produktif selama di rumah. Karena kegiatan menulis tidak terlepas dari membaca maka keduanya adalah hal yang beriringan. 

Membaca jurnal atau berita-berita terbaru di internet jadi bahan baku paling mujarab untuk mengasah kemampuan menemukan ide. Menonton video di youtube juga jadi sarana pencari ide menulis yang menyenangkan bagi saya sih.

Dari mulai membuat sampai mengunggah konten entah dalam bentuk tulisan atau video, semuanya butuh jaringan internet.

Alasan yang makin membuat yakin bisa produktif bersama jaringan 3 adalah  jaringan yang tetap stabil meski mati listrik. Ya, hal yang sering jadi masalah umum: mati listrik, mati juga jaringannya.

Merasa beruntung...

Jaringan 3 Indonesia bisa menyingkirkan kegelisahan mati listrik saya (juga mungkin kamu) dengan adanya cadangan baterai di masing-masing BTS (Base Transceiver Station). 

Cadangan yang bisa  bertahan  4 sampai 8 jam. Mereka juga sudah berjaga-jaga apabila mati listrik yang terjadi ternyata lebih dari itu.  Tri Indonesia  sudah menyediakan genset sebagai penyuplai listrik lainnya.

Sepengalaman saya, jaringan 3 memang tetap bisa terhubung ketika mati listrik yang saya alami (berdurasi sekitar setengah jam). 

Di gelap dan sunyinya malam, saya masih bisa men-stalking Instagramnya, mengunduh video di youtube untuk jadi kode dan tetap lancar membalas chat whatsapp dari si dia yang nggak lancar bales karena centang satu. Ehem. 

Besok suruh ganti Tri deh!

Salam,

Listhia H. Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun