Syukurlah meski disertai rasa berdebar-debar, malam itu saya bisa lewati dengan melahirkan tulisan sebelum berganti hari.
Kejadian itu ternyata tidak membuat saya lantas kapok untuk menulis di waktu malam. Hari berikutnya saya masih mengandalkan jadwal menulis yang sama. HAHA.
Yang Membuat Menulis Maraton Jadi Candu
Rasanya masih sama seperti pertama kali mencoba. Menulis maraton masih membuat saya takut. Takut menjawab pertanyaan sendiri, "apakah saya bisa konsisten sampai akhir?"
Iya, itu hanya ketakutan yang saya buat sendiri saja. Padahal kalau sudah dijalani ya tidak seram-seram amat. Tidak seperti yang dibayangkan.
Sepertinya menulis maraton harus dicoba bagi siapa saja yang suka menulis. Untuk menguji kemampuan, juga yang lebih utama adalah kemauan. Kemauan menulis setiap hari itu yang jadi energi utamanya. Karena dengan kemauan, kita pasti akan berusaha untuk menyelesaikan. Jadi kalau ada kemampuan tetapi tidak ada kemauan, ya sama saja. Kalau kemauan ada, dengan usaha pasti bisa.
Semoga setelah acara ini kita bisa makin rajin menulis, ya. Karena buktinya sehari satu tulisan saja kita pernah bisa melaluinya, kok. Mudah-mudahan kita bisa bertemu di acara berikutnya.
Terus menulis dan menulis, teman-teman!
Selamat lebaran.
Salam,
Listhia H. Rahman