Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tidak Ada Idulfitri yang Tidak Berkesan, Apalagi di Tahun Ini

24 Mei 2020   23:34 Diperbarui: 24 Mei 2020   23:46 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | unsplash.com

Lebaran tahun ini ternyata...

Siapa yang menduga bahwa lebaran kali ini benar-benar berbeda. Di mana kita biasanya jadi momen berkumpul bersama anggota keluarga lainnya, saling berkunjung ke satu rumah ke rumah, dan segala bentuk kejadian khas lebaran, jadi harus tiada dulu.

Semua karena adanya pandemi corona, pandemi yang menjadi masalah yang sama-sama di hadapi penduduk dunia, termasuk seluruh umat muslim dalam merayakan hari raya tahun ini. Lebaran di tengah keprihatinan.

Mengenang Lebaran Biasanya

Di tahun-tahun sebelumnya, lebaran selalu saya rayakan di kampung halaman. Selalu saya dan keluarga besar lain rayakan di rumah Nenek di Tasikmalaya.

Ada yang selalu terjadi berulang dan menjadi biang rindu ketika menyambut lebaran di rumah Nenek. Seperti suasana buka puasa terakhir yang selalu ramai dengan berebut takjil, kehebohan menyalakan kembang api di halaman depan, sampai tidur awal agar kami tidak kesiangan untuk menjalankan salat id.

Ya. Salat id di rumah Nenek selalu dilakukan lebih pagi. Jadi jam enam pagi kami harus sudah bersiap-siap. Karena banyaknya anggota keluarga, kami pun harus bangun lebih awal seperti selayaknya sahur. Agar tidak berebut kamar mandi.

Kebiasaan mandi jelang lebaran yang terlalu pagi makin berkesan dikenang karena Nenek selalu siap siaga menyiapkan air panas untuk kami.  Nenek memang paling mengerti soal ini. Apalagi lokasi rumah Nenek memang cukup tinggi, jadi bisa dibayangkan kalau harus mandi tidak dengan air panas di waktu subuh akan sedingin apa rasanya.

Membahas mandi saat persiapan lebaran, ada juga kejadian yang masih saya ingat sampai sekarang. Akan tetapi saya lupa lebaran ke berapa, yang jelas waktu itu kondisi rumah Nenek (dan lainnya) sedang krisis air. Nah, karena kondisi air yang tidak banyak otomatis urusan mandi yang memerlukan banyak air pun jadi perlu dipertimbangkan.

Jalan keluar waktu itu adalah dengan mencari sumber air lain untuk mandi. Bayangkan matahari belum ada, kami harus keluar rumah. Karena rumah Nenek memang masih banyak sawah-sawah, pancuran menjadi tempat kami tuju. Akan tetapi lebaran itu saya memilih tidak mandi saja. Hehe.

Kembali soal salat id yang selalu pagi di Rumah Nenek. Nenek punya tips untuk mengakali kami mendapatkan posisi di halaman masjid yaitu dengan  datang ke masjid -yang memang letaknya tidak jauh dari rumah- lebih pagi lagi untuk memastikan kami sekeluarga besar mendapat tempat. Tentu dengan tidak lupa membawa sajadah sejumlah anggota keluraga dan ini hanya dikhusus bagi perempuan saja.

Meski saya tidak terlalu paham apa yang disampaikan dalam khutbah idulfitri di masjid karena berbahasa Sunda, entah mengapa itu justru jadi hal lain yang dirindukan tiap kali merayakan lebaran di kampung halaman.

Lebaran di Tengah Pandemi Tahun Ini

Tidak ada mudik. Tidak ada rebutan takjil di akhir puasa. Tidak ada kembang api yang dinyalakan bersama. Tidak ada air panas dari Nenek. Tidak ada salat id di masjid yang pagi-pagi sekali. Tidak ada khotbah bahasa sunda yang tidak saya mengerti. Begitulah yang terjadi di lebaran saya tahun ini. 

Baru pertama kali saya merasakan bagaimana suasana lebaran bukan di kampung halaman. Di tengah pandemi pula. Ini juga pasti bukan hanya saya sendiri yang mengalami.

Tidak ada ramai menyambut lebaran yang biasanya memenuhi jalan. Tidak ada yang datang untuk silaturahmi. Kita yang di lebaran ini diajarkan untuk menghindari dan menciptakan kerumunan.

Lebaran kali ini semua menjadi serba virtual. Semua yang dilakukan aman dari rumah saja.

Beruntungnya ditolong oleh teknologi. Walau tidak ada raga saling berjumpa tetapi ada yang bisa ditatap pada sebuah layar. Kita yang jadi terbiasa berbicara sendiri di hadapan alat-alat canggih itu.

Lebaran ini halalbihalal bukan tidak ada, tetapi berpindah cara. Bukan dengan datang ke aula-aula tetapi cukup menyiapkan kuota. Kita yang kini lebih khawatir kehilangan sinyal dan mati listrik daripada macet di tengah jalan.

Lebaran kali ini tidak mungkin tidak berkesan atau malahan akan paling berkesan karena banyak mengajarkan kita untuk memaknainya dengan cara yang tidak biasa. Cara-cara yang jarang dilakukan di tahun sebelum-sebelumnya.

Oya, apakah si dia sudah menghubungimu untuk mengucapkan permohonan maaf karena sudah meninggalkanmu pas sayang-sayangnya?wkwk

Selamat idulfitri, selamat berlebaran. Semoga semua lekas baikkan. Aamiin.

Salam,

Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun