"Hilal telah tampak!"
Begitu suara dari televisi yang ia biarkan menyala sedari tadi. Televisi yang hanya jadi peneman sepi di ruangan tiga kali tiga.
Perempuan itu masih berbaring di tempat tidurnya. Sambil memejamkan mata tetapi jelas bukan untuk tidur. Masih terlalu pagi untuknya. Baru pukul tujuh malam.
Drrtt...drtt...
Getaran telepon genggam beradu dengan meja kecil di samping tempat tidurnya. Getaran yang membuat perempuan itu bangkit lalu segera mencari kacamatanya dulu. Kacamata yang sama-sama tergeletak di atas meja.
Isi pesan itu: Sudah liat berita?
***
Perempuan itu terdiam sejenak. Menarik nafas panjang lalu membuangnya. Setelah itu menyusul kacamata lalu telepon genggam. Keduanya kini sama-sama dibuang, di atas tempat tidur.
Ya. Bukannya segera membalas pesan, perempuan itu kini justru memilih membalas tempat tidurnya. Kembali berbaring.
Drttt....drttt...drtt...drrttt...
Kali ini getarannya lebih lama. Perempuan itu tahu. Itu bukan hanya sekadar pesan tetapi sebuah panggilan.
Tiga detik berlalu. Lima detik kemudian ia bersuara.
"Yaaaaa?"
"Vaniaaa...kenapa kamu nggak bales pesenku? Aku tau ya meski centang biru kamu dimatiin, kamu udah baca." terdengar suara laki-laki setengah mengomel dari seberang telepon.
Perempuan itu kembali terdiam.
"Vaniaa sayang!"
"Iya Mas."
"Besok lebaran, masa kita nggak bisa ketemu sih?"
"Kan mas tauuuuu."
"Yah kirain kamu berubah gitu. Kan hati wanita mudah berubah."
"Yeee...emangnya mas Azzam pulang?"
"Hmmmmm...ya nggak juga sih Van. hehe"
"Kalo gitu ngapain nanya bisa ketemu apa nggak! Dasar cowo kebanyakan basa basi!" Vania balik mengomel.
"Sedih gak sih Van, ngelewatin lebaran tahun ini. Biasanya kan kita ngerayain bareng."
"Ngapain sih ngasih pertanyaan yang udah tau jawabannya. Harus banget ditanyain lagi."
"Ya kan buat berbagi kesedihan."
"Bagi-bagi tuh THR, bukan sedih. Mas Azam ngeselinnya awet tanpa formalin, ya."
"Kalo gitu, Vania lucu tanpa eaaa eaa eaaa."
"Dihhh!"
"Udah bilang sama Mama Papa kalau Mas ngga jadi ke rumah?"
Pembicaraan kini jadi menjerumus serius.
"Udah. Bukannya mas Azzam udah bilang sendiri!"
"Hehe. Semoga mereka ngerti ya Van."
"Pasti ngerti, Mas. "
"Yaudah, Mas tutup teleponnya ya. Vania jangan bengong doang di kosan. Besok jangan lupa berkabar. Kita lebaran sama Mama Papa....."
"Iyaaaaa...lewat video call!"
"Hehe. Selamat malam lebaran, Vania!"
Telepon di ujung Ramadan terputus.
Telepon tentang ketidakpulangan untuk saling menguatkan satu sama lain yang sama-sama tidak pulangnya.
Telepon antara sepasang tetapi bukan pacar. Panggilan sayang dari kakak kepada adik dan sapaan "mas" untuk menghormati yang lebih tua.
Mereka dari satu keluarga yang sama. Mas Azzam suka bercanda dan Vania yang serius tapi nggak serius-serius amat.
Selamat berlebaran! Jangan lupa untuk saling menguatkan yang sedang berjauhan.
Lebaran ini memang spesial!
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H