Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Kali Ini, Memahami Bersyukur dan Merawat Silaturahmi

27 April 2020   22:20 Diperbarui: 27 April 2020   22:31 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | https://www.freepik.com

Bulan Ramadan selalu datang bersama banyak harapan-harapan kebaikan. Bersama doa-doa baik yang mengangkasa pada-Nya.

Ramadan kali ini memang punya cerita yang berbeda seperti tahun sebelumnya. Menjadi Ramadan yang harus kita jumpai di tengah pandemi. Membuat Ramadan menjadi terasa berbeda. Terutama suasananya.

Kita yang harus meniadakan kebiasaan-kebiasaan yang padahal sudah dirindukan. Kebiasaan berkesan yang menambah istimewanya Bulan Ramadan. Seperti salat tarawih berjamaah di masjid bersama tetangga, berkumpul sembari menunggu berbuka puasa bersama  teman-teman yang dihari-hari biasa tak jarang lebih banyak jauh di mata, dan tentu mudik ke rumah nenek dan saudara jelang lebaran tiba. Itu hanya contoh beberapa momen yang selalu menjadi harapan banyak orang di tiap Ramadan, yang kini harus sama-sama kita ikhlaskan untuk tidak dulu terjadi.

Jangan ditanya sedih atau tidak. Karena pasti masing-masing dari kita sudah tahu jawabannya. Namun harus tetap diingat bahwa esensi dari Ramadan tidak pernah berubah. Ramadan yang datang seperti tahun sebelumnya, yang berlimpah pahala dan menjadi momen baik untuk memohon ampun atas dosa-dosa. 

Hanya saja memang caranya yang tidak sama. Seperti kita yang sementara tidak dulu beribadah di masjid atau tidak juga bersilaturahmi dengan cara datang ke rumah saudara satu-satu. Kita yang di rumah masing-masing untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitarnya. Bukankah itu juga hal yang punya tujuan baik?

Harapan Ramadan Tahun Ini

Meski harapan mewujudkan momen-momen bersama saat Ramadan tidak bisa diwujudkan seperti tahun sebelumnya, harapan dalam bentuk lain masih ada.

Adanya pandemi kali ini memang mempersempit ruang gerak kita, tetapi tidak dengan harapan yang bisa kita semogakan. Meski di rumah saja, misalnya. Memang harus di tempat yang sama dalam kurun waktu yang belum tentu membuat kita merasa bosan. Namun cobalah untuk melihat sisi yang lain. Sebab tidak semua orang bisa di rumah saja. Tak sedikit yang harus keluar rumah. Bahkan mereka harus berhadapan langsung dengan 'musuh', seperti petugas medis yang terus bekerja. Jadi apa masih patut mengeluh bosan ditengah mereka berjuang dalam 'perang'?

Untuk itulah, bagi saya -juga mungkin kamu- harapan di Ramadan tahun ini semoga bisa menjadi pribadi yang lebih banyak belajar bersyukur. Bersyukur yang tidak melulu karena alasan mendapat sesuatu yang bisa dipegang, pun yang tidak terlihat namun justru itu yang punya nilai lebih. Bersyukur diberi waktu untuk lebih dekat dengan keluarga dengan banyak waktu di rumah, bersyukur masih bisa makan dengan apa yang ada di rumah, bersyukur menjadi orang yang bisa menjaga diri dan orang lain dengan tidak ngeyelan dan mengikuti imbauan pemerintah

Di masa-masa seperti inilah, hal kecil atau hal yang nampaknya biasa saja dan terlewat untuk disyukuri bisa jadi jauh dimengerti. Seharusnya makin membuat kita sadarkan?

Pun menjadi berjarak, bukan berarti upaya untuk kehilangan kontak. Ramadan ini tidak ada momen pertemuan dengan salam-salaman, tetapi masih ada yang bisa kamu hubungi. Di tengah pandemi, harapan saya yang lain -atau juga mungkin kamu---adalah smoga tetap merawat  silaturahmi tanpa kenal kondisi. Atau malah dikondisi seperti inilah seharusnya kita harus mampu menunjukkan kekompakan kita untuk saling menyemangati bukan malah pura-pura bersembunyi.

Beruntung di tahun 2020, kita sudah kenal baik dengan teknologi. Yang memudahkan kita untuk berjumpa dengan bantuan kuota. Yang menjadikan kita selalu dekat walau lewat layar bercahaya itu. Meski puasa sampai lebaran nanti tidak ada raga di kampung halaman, bukan berati tidak ada rindu yang diciptakan. Apalagi menjadi lupa. Sebab wabah bukan alasan putus tali persaudaran, justru menguatkan bukan?

Yang Menjadi Harapan Saya dan Kamu

Kalau melihat Ramadan di tengah kondisi saat ini, harapan saya yang yang ini pasti tidak akan jauh berbeda dengan harapanmu juga. Harapan semua orang di dunia. Sebuah harapan besar.

Berharap bahwa ujian lewat wabah ini bisa sama-sama kita lewati dan segera menemukan ujungnya. Berharap lebih banyak kesembuhan yang terjadi dan berita-berita kebahagian yang membuat senang hati daripada murungnya. Berharap semua kembali menjadi baik-baik saja atau bahkan lebih baik dari sebelum ini.

Ini ujian kita bersama. Bersama-sama pula kita bisa menyelesaikannya. Bersatu kita bisa lawan dan menang. Semoga harapan-harapan kebaikanmu dan harapan saya di Ramadan kali ini bisa menjadi nyata. Aamiin

Salam,

Listhia H. Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun