Bulan Ramadan selalu datang bersama banyak harapan-harapan kebaikan. Bersama doa-doa baik yang mengangkasa pada-Nya.
Ramadan kali ini memang punya cerita yang berbeda seperti tahun sebelumnya. Menjadi Ramadan yang harus kita jumpai di tengah pandemi. Membuat Ramadan menjadi terasa berbeda. Terutama suasananya.
Kita yang harus meniadakan kebiasaan-kebiasaan yang padahal sudah dirindukan. Kebiasaan berkesan yang menambah istimewanya Bulan Ramadan. Seperti salat tarawih berjamaah di masjid bersama tetangga, berkumpul sembari menunggu berbuka puasa bersama teman-teman yang dihari-hari biasa tak jarang lebih banyak jauh di mata, dan tentu mudik ke rumah nenek dan saudara jelang lebaran tiba. Itu hanya contoh beberapa momen yang selalu menjadi harapan banyak orang di tiap Ramadan, yang kini harus sama-sama kita ikhlaskan untuk tidak dulu terjadi.
Jangan ditanya sedih atau tidak. Karena pasti masing-masing dari kita sudah tahu jawabannya. Namun harus tetap diingat bahwa esensi dari Ramadan tidak pernah berubah. Ramadan yang datang seperti tahun sebelumnya, yang berlimpah pahala dan menjadi momen baik untuk memohon ampun atas dosa-dosa.
Hanya saja memang caranya yang tidak sama. Seperti kita yang sementara tidak dulu beribadah di masjid atau tidak juga bersilaturahmi dengan cara datang ke rumah saudara satu-satu. Kita yang di rumah masing-masing untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitarnya. Bukankah itu juga hal yang punya tujuan baik?
Harapan Ramadan Tahun Ini
Meski harapan mewujudkan momen-momen bersama saat Ramadan tidak bisa diwujudkan seperti tahun sebelumnya, harapan dalam bentuk lain masih ada.
Adanya pandemi kali ini memang mempersempit ruang gerak kita, tetapi tidak dengan harapan yang bisa kita semogakan. Meski di rumah saja, misalnya. Memang harus di tempat yang sama dalam kurun waktu yang belum tentu membuat kita merasa bosan. Namun cobalah untuk melihat sisi yang lain. Sebab tidak semua orang bisa di rumah saja. Tak sedikit yang harus keluar rumah. Bahkan mereka harus berhadapan langsung dengan 'musuh', seperti petugas medis yang terus bekerja. Jadi apa masih patut mengeluh bosan ditengah mereka berjuang dalam 'perang'?
Untuk itulah, bagi saya -juga mungkin kamu- harapan di Ramadan tahun ini semoga bisa menjadi pribadi yang lebih banyak belajar bersyukur. Bersyukur yang tidak melulu karena alasan mendapat sesuatu yang bisa dipegang, pun yang tidak terlihat namun justru itu yang punya nilai lebih. Bersyukur diberi waktu untuk lebih dekat dengan keluarga dengan banyak waktu di rumah, bersyukur masih bisa makan dengan apa yang ada di rumah, bersyukur menjadi orang yang bisa menjaga diri dan orang lain dengan tidak ngeyelan dan mengikuti imbauan pemerintah.
Di masa-masa seperti inilah, hal kecil atau hal yang nampaknya biasa saja dan terlewat untuk disyukuri bisa jadi jauh dimengerti. Seharusnya makin membuat kita sadarkan?
Pun menjadi berjarak, bukan berarti upaya untuk kehilangan kontak. Ramadan ini tidak ada momen pertemuan dengan salam-salaman, tetapi masih ada yang bisa kamu hubungi. Di tengah pandemi, harapan saya yang lain -atau juga mungkin kamu---adalah smoga tetap merawat silaturahmi tanpa kenal kondisi. Atau malah dikondisi seperti inilah seharusnya kita harus mampu menunjukkan kekompakan kita untuk saling menyemangati bukan malah pura-pura bersembunyi.