Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Putus di Kamu, Mari Perangi Informasi Hoaks Corona!

16 Maret 2020   21:40 Diperbarui: 16 Maret 2020   22:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | unsplash.com

Apa yang sama atau bahkan lebih mengerikan dari virus corona? 

Infodemik atau banyaknya informasi tidak akurat yang menyebar jauh dan luas adalah bahaya yang harus kita hadapi ditengah wabah corona yang menjadi permasalahan dunia hari ini. Ya, tidak hanya menjadi urusan Indonesia saja, informasi hoaks tentang corona juga banyak terjadi di negara-negara lainnya. Bukti bahwa betapa hari ini informasi memang bisa lebih cepat menyebarnya daripada virus itu sendiri.

Hoaks atau informasi bohong memang sering kali dibenar-benarkan dan banyak dipercayai. Hal ini terjadi karena kebanyakan berita bohong menawarkan sesuatu yang too good to be true alias terlalu baik untuk menjadi kenyataan. Hal-hal yang seolah menjawab harapan kita, padahal tidak sama sekali. Inilah yang barangkali membuat kita jadi mudah percaya karena berharap sesuatu itu benar terjadi.

Seperti di tengah wabahnya corona. Ada banyak sekali hoaks yang bisa ditemukan saat membahasnya. Dari mulai makanlah A atau B yang dipercaya bisa menyembuhkannya sampai hal-hal pencegahan yang padahal tidak pernah dibuktikan.

Untuk menambah keseriusannya, tak lupa informasi semacam ini biasanya juga membawa-bawa nama seseorang atau organisasi yang dianggap kompeten sebagai narasumber, padahal tak jarang nama itu hanyalah fiksi dan bukanlah orang asli.

Lalu, bagaimana langkah kita agar bisa berkontribusi meredakan infodemik soal corona?

1. Jangan mudah percaya, segera cari tahu setelahnya

Bacalah informasi yang kamu dapatkan sampai tuntas. Setelah itu cobalah cari tahu apakah ada sumber jelas yang menyertai informasinya?   Memang beberapa informasi sering kali membawa sumber dan tokoh yang ahli.

Hanya saja, coba deh cek dulu. Apakah sumber tersebut memang pernah membuat tulisan atau mengatakan itu? Atau jangan-jangan hanya memakai nama saja untuk membuat percaya?

Contoh kasus hoaks corona yang disangkutpautkan dengan UNICEF baru-baru ini. Padahal organisasi dibawah PBB ini tidak pernah membuat informasi tersebut, lho. Jadi memang jangan mudah percaya sekalipun mengatasnamakan organisasi resmi. Kita harus benar-benar mencari sumber aslinya, baru memutuskan benar tidaknya.

Kabar baiknya, kini kita bisa mendapat informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari UNICEF Indonesia yaitu melalui Chatbot U-report yang dapat dikases melalui Whatsapp. Silakan jika berminat simpan nomor ini ya +62-811-9004-567. Dijamin pesanmu tidak hanya centang biru, pasti dibalas dan bukan berita palsu.

Nah, kembali soal pembahasan. Setelah membaca habis, coba pikirkan apakah tulisan tersebut terlihat terlalu bagus untuk menjadi nyata? Misal adanya pernyataan bahwa dengan memakan makanan A sebanyak sekian kali dalam sehari, maka siapapun akan terhindar dari penyakit corona?

Seperti yang saya dapat dari chatbot u-report, sampai saat ini belum ada pengobatan khusus yang direkomendasikan untuk mencegah atau mengobati virus corona yang baru ini. Jadi jika ada informasi yang menyebutkan bisa melakukannya, itu tidak benar.

Ini baru salah satu contoh, ya.

2. Banyak membaca dan mencari tahu informasi dari sumber terpercaya

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Jangan malas membaca. Hauslah informasi tentang corona. Hanya saja pastikan bacaanmu itu bersumber dari sumber yang dapat dipercaya. Jika malas membaca, silakan memantau berita di televisi.

Semakin kamu banyak tahu soal corona, harapannya semakin baik pula pemahaman yang kamu dapatkan. Menjadi tahu mana yang benar dan mana yang hanya omong kosong, doang. Jadi makin pintar mana bedanya hoaks dan mana yang tidak.

Silakan akses informasi terkait fakta-fakta corona dari laman resmi WHO, di sini

3. Stop yang salah, berhentilah dikamu

Kita memang tidak bisa menghilangkan seluruh berita hoaks soal corona. Tapi setidaknya kita bisa kok untuk memilih tidak menyebarkannya. Memutuskan rantai penyebaran. Mulailah dari whatsapp keluarga, misalnya. Jika kamu menemukan hal yang salah, bicarakanlah baik-baik kalau informasi tersebut jangan dipercaya dulu.

Informasi yang tidak benar soal corona tidak hanya membuat kita resah, pun membuat kita bisa saja jadi salah melangkah. Apalagi hal-hal semacam ini justru lebih mudah untuk menjadi viral ketimbang hal-hal yang sebenarnya benar.

Namun, jangan mau kalah dengan informasi hoaks yang bermunculan, karena peran kita bisa sangat berdampak, kok. Dengan cara tidak ikut menyebarkannya alias berhenti di kamu saja.

Jangan malas mencari tahu. Jangan malas membaca untuk menjadi tahu. Luangkanlah waktu untuk mendeteksi informasi sebelum dibagi. Jangan sampai karena ulah jari, jadi banyak yang salah presepsi.

Mari sama-sama menuju jalan yang lurus.

"We're not just fighting an epidemic; we're fighting an infodemic"-Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Salam,
Listhia H. Rahman

bahan bacaan: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun