Menjadi dokter yang influencer, itulah dokter Gia.
Bagi penghuni twitter, tentu nama dokter ini bukanlah suatu asing lagi. Dokter yang dikenal karena kicauan-kicauan berfaedah soal kesehatan yang mudah dicerna sampai kisah inspiratif dari perjalanan cintanya selalu berhasil menjadi magnet tersendiri bahkan tidak hanya dikalangan 'masyarakat' twitter.
Tak heran jika kini akun @GiaPratamaMD telah memiliki jumlah pengikut twitter hampir menyentuh 250ribu. Apakah kamu termasuk salah satu followers-nya seperti saya?
Lewat twitter mula-mula saya tahu dokter Gia dan kini juga menjadi salah satu dari 80ribu-an pengikut di instagramnya.
Dokter yang Menulis
Berprofesi sebagai dokter -yang pastinya disibukan dalam mengurus pasien-, ternyata tidak menjadi alasan dokter Gia untuk tidak berkarya. Sampai hari ini, sudah dua buku berhasil beliau 'lahirkan' dengan sambutan yang sungguh luar biasa dari pengikut yang juga menjadi pembacanya.
Buku pertama beliau berjudul #berhentidikamu yang menceritakan kisah perjalanan cinta dokter Gia dikabarkan akan segera di filmkan. Sedangkan buku kedua yang masih hangat-hangatnya diberi judul "Perikardia".
Istilah yang diambil dari kata pericardium yang artinya jaringan berupa kantong atau saku yang membungkus/mengelilingi jantung. Selain itu, penggunan kata 'Perikardia' juga punya makna lain yang dapat dijabarkan menjadi "Perjalanan Indah untuk Dikenang Ribet untuk Diulang"
Mari saya ajak mengulas sedikit soal buku kedua Dokter Gia~
Himpunan Cerita-cerita dibalik Jas Putih
Secara garis besar, buku terbitan Mizan ini berkisah tentang perjalanan Dokter Gia menjadi dokter. Cerita-cerita semasa koas yang dikemas secara apik dan tidak membosankan.
Lewat buku ini, pembaca akan diajak merasakan sensasi stase-stase yang harus dihadapi para pejuang jas putih, seperti yang dialami Dokter Gia. Ada stase anestesi, stase mata, stase kulit dan kelamin, stase THT (telinga, hidung, tenggorokan), stase neuro, stase forensik, stase obgyn, sampai stase bedah.
Gaya bahasa yang mengalir membuat pembaca seperti diajak membayangkan tiap-tiap adegan dalam ceritanya. Dari kejadian yang serius, menegangkan, lucu bahkan di sini pembaca akan ikut diajak menjadi saksi patah hati yang dialami Dokter Gia. Paket komplit.
Selain menceritakan perjalanan menjadi dokter, buku kedua Dokter Gia ini juga menunjukan betapa cerdasnya dokter Gia dalam merangkai tiap cerita-cerita. Ibarat jahitan, rapi sekali. Sebagai pembacanya, saya menikmati bagaimana cara dokter Gia mencoba menghubungkan kisah-kisah semasa koasnya dengan kejadian yang ia alami setelah menjadi dokter, saat sudah bersama sang istri, Mbak Fira.
Misalnya dihalaman 185, "Saya menengoj ke arah Fira. Saya berimajinasi Fira hamil dan perutnya terus membesar. Tiba-tiba saya kembali flashback ketika sata diharuskan menghadapi puluhan ibu hamil di sates Obgyn, stase para pemilik rahim."
Tenang. Meski tidak memiliki latar pendidikan kedokteran, semua pembaca dari berbagai kalangan pasti akan tetap mengerti, kok. Hal ini dikarenakan selalu ada tambahan catatan kaki di tiap kata-kata asing yang rata-rata memang berhubungan dengan kedokteraan. Yang ada, pembaca justru menjadi bertambah kosa katanya. Jadi ikut tahu.
Setelah melahap habis buku Perikardia, saya yakin sekali untuk merekomendasikan buku ini menjadi salah satu daftar buku bacaanmu. Pengetahuannya ada, lucunya ada, so sweet-nya ada, horornya ada, ada-ada aja.
Buku yang akan membuat pembaca penasaran tiap kali beralih lembar demi lembar. Namun, di sisi lain buku ini juga sayang sekali jika harus buru-buru berakhir. Terlalu asyik.
Tidak percaya apa kata saya? Ya, memang jangan percaya sebelum kalian benar-benar membacanya. Sampai bertemu dengannya di rak-rak toko buku di kotamu. Bawa uang seratus ribu masih kembalian kok.
Terima kasih Dokter Gia, terus berkarya dan berjasa!
Oya, kalau sudah punya bukunya silakan saja sebut nama dokter Gia. Bisa melalui instagram seperti yang saya lakukan. Biar beliau tahu, karyanya sedang dibaca. Pasti akan senang! 😁
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H