Merapi tidak pernah ingkar janji.
Begitu salah satu kalimat yang tertulis disebuah tembok bangunan yang menjadi saksi erupsi Merapi. Bangunan yang kini telah dialih fungsikan menjadi sebuah tempat untuk mengenang sisa-sisa bencana kala itu.
Siapa yang tidak ingat kejadian di tahun 2010 silam? Di mana kejadian itu juga merenggut sosok juru kunci yang banyak dikenal masyarakat. Ya, Mbah Maridjan.
Di tahun tersebut, tepatnya pada tanggal 26 Oktober dan 5 November, Merapi meletus. Ratusan jiwa jadi korban jiwa, setengah juta orang harus mengungsi, sedang harta benda sebagian hilang dan sisanya jadi saksi bisu.
Seperti dikutip dari kompas.com, letusan Merapi kala itu bahkan lebih besar dibandingkan dengan letusan yang terjadi pada tahun 1872 atau hampir lebih dari satu abad yang lalu.
Siapa yang bisa melawan Merapi?
Merapi Hari Ini
Nyaris satu dekade tragedi itu terjadi. Hari ini, merapi menyimpan banyak cerita. Selalu ada hikmah dibalik sebuah bencana dan Merapi membuktikannya.
Sabtu lalu, akhirnya sebuah kesempatan menjenguk Merapi terlaksanakan juga. Padahal sudah dua tahun belakangan saya ada di Jogja. Ya, baru di penghujung tahun ini saya benar-benar bisa mewujudkannya.
Benar-benar sebuah pengalaman yang tidak akan saya lupa. Sebuah perjalanan menegok Merapi lewat Lava Tour Merapi.
Hari itu cuaca di pagi hari sudah sedikit mendung. Kata supir jeep yang menemani kami, semalam Jogja sempat diguyur hujan. Meski sempat disayangkan karena gagahnya Merapi tidak sempat saya lihat, dari perjalanan yang memakan waktu hampir 3 jam tersebut, saya seperti mendapat nasihat yang tersirat darinya.