Masih sumber yang sama (litbang pertanian), ternyata pengrajin tempe kita lebih senang menggunakan impor karena kedelai impor beukuran lebih besar, putih dan mudah diperoleh setiap saat. Sedangkan kedelai lokal, meski lebih enak tetapi ukuran bijinya kecil dan tidak tersedia setiap saat.
Jadi, tidak usah khawatir berlebihan lagi,ya. Ngomongin tempe saya justru jadi ingat soal angkringan di Jepang dari youtuber "taufik sanko", yang dalam wawancaranya dengan orang Jepang mengatakan bahwa di sana tempe termasuk bahan yang susah dicari. Sehingga tidak ada tempe goreng yang dijual di angkringan dadakan tersebut. Duh, sedih sekali,ya. Sedangkan di Indonesia tempe ada dimana-mana, mudah didapat dan dibeli kapan saja...lha malah sekarang lagi kena hoaks.
Terakhir, pesan saya cuma gini: derasnya arus informasi mampu membuat siapa saja mudah hanyut. Membuat yang salah jadi benar, yang benar disalah-salahke. Pintar-pintarlah mencari sebuah informasi. Jangan mudah percaya apalagi kalau sumbernya tidak jelas adanya. Jangan malas mencari, jadilah detektif untuk dirimu sendiri. Bukannya jadi penambah keributan lagi.
Kasian sekali tempe, apa kamu harus jadi TAHU?
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca lebih lengkap soal press release Forum Tempe Indonesia, di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H