Forum Tempe Indonesia Berbicara...
Tidak ingin informasi yang meresahkan ini makin menyebar, sebuah forum independen yang mempunyai fokus pada tempe bernama Forum Tempe Indonesia atau FTI pun ikut angkat bicara. Meluruskan apa yang terjadi yang dikhawatirkan justru akan merugikan UKM tempe di Indonesia.
Dalam press release-nya, berikut adalah beberapa poin penting yang bisa kita pahami bersama-sama.
...kedelai yang diekspor ke Indonesia merupakan kedelai yang telah melewati beberapa pengujian di daerah asalnya. Kedelai GMO tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 mengenai Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. Kedelai impor yang masuk ke Indonesia dan diperdagangkan harus memenuhi persyaratan keamanan pangan sesuai Peraturan BPOM tersebut. Dengan demikian semua kedelai GMO yang beredar di Indonesia dipastikan aman
Menurut SNI, ciri-ciri tempe yang aman dikonsumsi yaitu berwarna putih merata pada seluruh permukaannya dan memiliki bau khas tempe tanpa adanya bau amoniak (BSN 2015). Standar Codex Regional Asia 2013 tentang tempe telah mendeskripsikan warna tempe sebagai "white color of luxurious growth of mycellium of Rhizopus spp". Dengan demikian kedua standar tersebut menyepakati bahwa warna tempe yang alami adalah putih.
Beredarnya pesan melalui media sosial dan WA yang menganjurkan untuk memilih tempe yang kedelainya berwarna kuning adalah tidak tepat dan menyesatkan.
Nah lhooo, yang dianggap aman ternyata justru menjadi yang tidak aman. Masih berdasarkan sumber dari FTI diketahui bahwa beberapa oknum produsen tempe justru dengan sengaja merendam kedelai dengan larutan pewarna tekstil kuning (methanyl yellow) agar mendapat warna kuning yang menyala.
Kenapa sih Harus Ada Ekspor Kedelai?
Sekalian saja mengulas ini, ya. Bukan membela asing, bukan. Hanya kita lihat saja data yang ada sekarang. Bahwa kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat sedangkan produksi dalam negeri tidak dapat mengimbanginya. Hal ini yang menjadi alasan mengapa pada akhirnya kita butuh bantuan dari negara lain untuk mencukupinya.
Sumber katadata.co.id mengatakan bahwa "Berdasarkan proyeksi, konsumsi kedelai 2018 mencapai 3,05 juta ton sedangkan produksi hanya mencapai 864 ribu ton, sehingga terjadi defisit 2,19 juta ton. Defisit neraca kedelai akan terus meningkat menjadi 2,24 juta ton pada 2021." Sampai sini paham kenapanya?
Informasi yang saya dapat dari http://biogen.litbang.pertanian.go.id/ menyatakan bahwa bahan baku tempe di Indonesia sebagian besar (80%) berasal dari kedelai impor. Kedelai impor yang sebagian besar berasal dari Amerika dan notabenen adalah transgenic (1.8 juta ton) yang disebut dengan kedelai transgenik RR (Roundup Ready). Kedelai ini telah dinyatakan aman lingkungan oleh USDA (United State Department of Agricuture), aman pangan dan pakan oleh FDA (Food and Drug Administration). Dari kajian aman pangan (kesepadanan substansial), kedelai RR dinyatakan aman untuk dikonsumsi (aman pangan) karena mengandung nutrisi yang sama dengan kedelai non transgeniknya. Selain di Amerika Serikat, kedelai RR juga telah dinyatakan aman di Kanada, Jepang, Eropa dan Negara-negara lain,lho.