Dilihat dari komposisinya, suplemen makanan sangatlah bervariasi mulai dari vitamin, mineral atau zat gizi tertentu seperti asam amino/protein. Bersumber dari https://newsinhealth.nih.gov , diketahui suplemen paling populer adalah multivitamin, kalsium (kesehatan tulang), vitamin B, D (membantu tubuh menyerap kalsium), C dan E (antioksidan).
Dari sisi bentuknya, suplemen juga tak kalah banyak rupa mulai dari yang nampak seperti obat karena berbentuk pil atau kapsul sampai dengan yang bentuknya cair seperti minuman pada umumnya.
Ya, hari ini suplemen makanan memang bukan lagi barang asing, mudah ditemukan di mana-mana. Apalagi penggunaanya yang dianggap tidak perlu menggunakan resep dokter, walau sebenarnya tetap disarankan untuk menanyakan dulu baiknya pada dokter kesayanganmu itu.
Hal ini yang kemudian membuat keberadaan suplemen sudah seperti camilan saja, dari mini market sampai yang paling mudah lewat aplikasi belanja online. Tinggal maunya suplemen yang bagaimana, baca saja klaimnya.
Tapi seberapa yakin kamu akan produk itu?
Agar Tidak Terjebak Pada Kesia-siaan
Menurut survei yang di lakukan di Amerika, diketahui 75 persen orang dewasa di sana mengkonsumsi suplemen atau jika diumpamakan berarti 3 dari 4 orang mengkonsumsinya. Ditemukan pula bahwa 87 persen percaya akan keamanan, kualitas dan efektivitas suplemen makanan tersebut. Padahal jika dari sisi penelitian, peneliti belum yakin mengenai dampak kesehatan yang diberikan suplemen makanan tersebut.
Penelitian terbaru yang terbit dalam Annals of Internal Medicine malah menemukan bahwa suplemen tidak banyak berperan dalam mengurangi risiko kematian. Namun justru zat gizi yang bersumber langsung dari makanan yang memiliki dampak lebih signifikan dalam mengurangi kematian.
Jadi apa maknanya kalau begini? Ternyata zat gizi yang bersumber dari makanan tetap menjadi pilihan utama kita dalam mewujudkan diet yang seimbang. Bukan bermaksud menyingkirkan suplemen, hanya saja memang sebaiknya pertimbangkan lagi soal pengunaannya. Jangan hanya ikut-ikutan, kalau tidak malah jadi banyak ruginya.
Nyambung dengan mengapa perlu peran dokter atau tenaga kesehatan dalam mempertimbangkan penggunaan suplemen adalah karena hal yang tidak diinginkan memang bisa mungkin terjadi, efek samping. Pengunaan suplemen vitamin yang berlebihan misalnya.
Vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K yang dikonsumsi berlebihan dapat menumpuk di tubuh dan justru menjadi racun. Yang berharap menyehatkan malah menyengsarakan? Bahkan pada produk suplemen dengan klaim 'alami' sekalipun ternyata diketahui juga bisa merusak hati. Nah,lho!