Soal pahala memang bukan urusan kita, hanya DIA yang Maha Tahu. Hak Prerogatif Allah Swt.
Selain menahan diri dari lapar dan haus, puasa juga menyuruh kita untuk menahan emosi yang satu ini. Marah. Sifatnya yang manusiawi, membuat marah bisa menghampiri siapa saja. Namun yang membedakannnya adalah bagaimana orang tersebut menyikapi kemarahan yang ia alami. Apakah menghadapinya dengan mencak-mencak atau tetap kalem dan lemah lembut.
Pemicu Kemarahan Saat Puasa
Ada banyak pemicu kemarahan, baik itu berasal dari internal (diri kita sendiri) atau eksternal (faktor luar, faktor lingkungan). Faktor internal yang bisa membuat kita jadi marah salah satunya bisa muncul karena puasa, yaitu rasa lapar. Ya, pernah ingat sebuah iklan yang mengatakan "Loe rese kalau lagi laper..." Begitulah sifat alami kita yang sudah diwarisi nenek moyang secara turun temurun, kita yang lapar menjadi mudah marahan dan menyebalkan.
Namun, seiring tubuh mulai membiasakan pola makan dan minum yang berubah selama puasa. Biasanya rasa lapar makin hari makin bisa ditekan karena tubuh sudah menyesuaikan. Jadi jangan bawa-bawa laparmu berpuasa jadi marah yang halal,ya.
Hal lain yang memungkinkan menjadi pemicu kemarahan selama puasa adalah kurang tidur. Kurang tidur sering kali membuat kita menjadi sulit berkonsentrasi dan membuat kita jadi mudah tersinggung. Jadi mudah berprasangka yang tidak-tidak lalu marah ikut muncul. Duh, susah.
Baca Juga : Mengatur Tidur, Sebuah Tantangan Selama Bulan Ramadan
Sedangkan faktor luar bisa karena orang-orang di sekitar kita. Seperti anak yang bandel, siswa yang nakal, kakak/adik yang jahilnya kebangetan, teman yang ingkar janji, dituduh yang tidak-tidak oleh orang yang tidak kenal atau pasangan yang mengatakan "terserah" ketika disuruh memilih baju warna hijau botol atau hijau tosca. Kezel.
Ya, banyak hal-hal disekitar kita yang teryata bisa memunculkan rasa marah. Baik yang levelnya sebenarnya untuk kebaikan seperti siswa yang nakal karena tidak mengerjakan pekerjaaan rumah dan level yang ekstrem yaitu tiba-tiba ngamuk dengan tetangga hanya karena dengar omongan katanya membicarakan aib kita,misalnya saja. Atau yang marahnya zaman sekarang, hanya karena status si dia yang tidak seperti pendapat kita. Duh.