Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Jangan Kebablasan Memahami "Berbukalah dengan yang Manis"

21 Mei 2019   21:03 Diperbarui: 22 Mei 2019   12:10 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan karbohidrat kompleks, sebaliknya. Susah dicerna, jadi gula darahmu pun naik secara perlahan-lahan. Selow. Hal ini karena karbohidrat kompleks biasanya tidak sendiri, kehadirannya bisa bersamaan dengan serat. Contoh makanan berkarbohidrat kompeks biasanya berasal dari kelompok sayuran dan buah-buahan. Rata-rata yang berasal dari alam.

Mengenal Indeks Glikemik
Bicara tentang gula, bicara juga tentang ini.

Indeks glikemki adalah angka yang menunjukkan seberapa cepat makanan memengaruhi gula darahmu. Dalam pembagiannya, indeks glikemik (selanjutnya disingkat dengan IG) dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu rendah (<55), sedang (56-70) dan tinggi(>70). Makin rendah, makin lama ia menaikan gula darahmu.

Makanan dengan IG rendah seperti anggur, apel dan hampir seluruh sayuran non-starchy (tomat, wortel), makanan dengan IG sedang seperti beras merah, dan IG tinggi seperti nasi. Cara menandainya, produk pangan dengan IG rendah antara lain dicirikan oleh tingginya nilai/kadar serat pangan total. Yang berserat biasanya rendah.

Namun sehat atau tidaknya makanan tidak hanya dinilai dari nilai IG-nya saja, ya. Ada pertimbangan lain seperti bagaimana kandungan gizi seperti protein, lemak atau vitaminnya? Meski istilah indeks glikemik ini biasanya sangat familiar bagi penderita diabetes melitus, kamu ternyata juga perlu memahami agar makin bijak memilih makanan saat berbuka, misalnya.

***

Dari penjelasan yang singkat tersebut apa yang bisa diambil? Ya, makanan manis sebenarnya tidak apa-apa dikonsumsi menjelang berbuka. Hanya persoalannya adalah jenis makanan manis apa yang kita pilih konsumsi. Yang berjenis gula sederhana atau yang kompleks? Yang membuat bertenaga cepat (dan cepat pula menaikan berat badan) atau yang selow? Yang masuk dalam kategori IG rendah lebih baik atau milih yang IG tinggi saja?

Bukan berarti tidak sama sekali memakan gula sederhana seperti sirup. Boleh saja, tetapi mbok ya jangan hanya sirup, tambahkan berbagai buah-buahan seperti melon, mangga, pepaya dan buah naga. Jadi semangkok es buah deh. Atau yang seperti di sunah-kan Nabi yang memang ada benarnya, memakan kurma (buah, mengandung gula alami) saja sebenarnya sudah cukup.

Jadi, bukan sekadar berbukalah dengan yang manis. Syukur-syukur juga ditambah yang setia, selalu ada disaat kamu membutuhkannya, balas Whatsapp bak online shop, sayang kamu apa adanya dan tentu yang mau sama kamu. Nah, kan ngomongin yang manis memang terbukti suka kebablasan. Duh.

Salam,
Listhia H. Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun