Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mumpung Puasa, Yuk Kurangi Kadar Nyinyirmu di Media Sosial

17 Mei 2019   21:05 Diperbarui: 17 Mei 2019   23:27 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | https://depositphotos.com

Seberapa sering kamu membuat status berisi caci maki, mengejek sana-sini atau malah mengajak untuk membenci sesuatu yang belum tentu lebih baik dari kamu? Kalau sering, nyinyir banget yah kamu! #eh

Meski kamu merasa tidak ada orangnya, jangan kira akan menjadi baik-baik saja memasang status bernada demikian. Media sosial membuat sesuatu yang ada disana jadi nampak ambigu. Padahal bukan membicarakan si dia, tetapi dia jadi merasa. Kalau sudah begini jadi susah, sebab kita tidak bisa menghentikan orang untuk berhenti  berprasangka, menduga-duga. Jadi jatuhnya sama-sama nyinyir.

Padahal kenyinyiran di media sosial dampaknya kini tidak main-main, salah-salah bicara bisa dibawa ke penjara. Ngeri, memang! Itulah mengapa pantas media sosial bagai pisau bermata dua, kalau digunakan untuk memotong makanan akan berguna tapi disisi satunya juga bisa untuk melukai orang lain atau malah diri sendiri. Hiks.

Makna Sharing is Caring yang Disalahartikan

Tidak hanya kata-kata yang kita buat, apa yang kita bagi di media sosial juga sama pengaruhnya.

Sharing is caring, berbagai itu peduli. Benar. Namun apakah maknanya hari ini seperti itu?Apa-apa jadi dibagi agar kamu dianggap peduli?Memangnya yang kamu bagi sudah yakin benar?

Ya, hari ini aturan bermain media sosial susah-susah gampang  jadinya. Banyak susahnya karena makin banyaknya media sosial juga penggunanya membuat informasi yang bersliweran melimpah, tumpah-tumpah. Jadi tumpeng tindih mana yang benar dan mana yang salah, sulit dibedakan.

Untuk itulah, berbagi (apapun baik gambar, berita, dan bentuk lainnya) akan benar maknanya apabila apa yang kamu bagi sudah dicek dulu kebenarannya. Jangan-jangan hanya isu, jangan-jangan cuma tipu atau hoaks? Jangan buru-buru membagikan apa yang kamu dapat di media sosial, sebab dampaknya bisa menular jadi viral. Jika tidak benar lalu kamu turut menyebarkan, bisa-bisa dosa ikut mengalir jadi terus-terusan.

Memang menghentikan hoaks yang beredar di media sosial sulit sekali rasanya. Namun, setidaknya kita bisa memotong rantai persebaran, menghentikannya minimal untuk diri sendiri.

Memulai dari Diri Sendiri

Mumpung puasa, selagi hawa nafsu kita harus jaga. Jaga juga nafsu untuk membagikan sesuatu yang belum tentu benar adanya. Belajar bijak kelola media sosial tidak akan merugi, sebaliknya cara ini bisa menjadi personal branding-mu juga. Kurang-kurangilah nyinyir, pilihlah sebelum diunggah, teliti sebelum dibagi.Tebar kebaikan melalui konten yang berfaedah, bukan justru menabung dosa dengan membagikan sesuatu yang sia-sia. Mudah-mudahan sebuah usaha ini tidak hanya bertahan 30 hari, tetapi bisa sampai nanti-nanti jadi kebiasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun