Jangan merasa malang sendiri, karena aku juga sama. Sama patah hatinya ketika harus meninggalkan, meniadakanmu dalam kehidupan.
"Mana mungkin begitu?", barangkali itu katamu.
Ya, terserah apa katamu. Toh membuatmu percaya kataku juga sia-sia, sebab aku ada dipihak tersangka dan kamu korbannya. Kata korban lebih banyak yang membela, kebanyakan.
Aku tidak ingin membuatmu mempercayai apa yang kurasakan, hanya aku yakin kamu masih memantauku diam-diam disana. Masih rutin mencari tahu bagaimana aku selepas meninggalkanmu.
Untuk itu disini --jika kamu masih berusaha mencari kabarku-- kamu akan tahu bahwa bukan kamu yang menjadi patah hati, melukai perasaanmu pun melukai aku.
"Omong kosong", ujarmu lagi, mungkin.
Aku terima, kalau sekarang tugasmu memakiku saja.
**
Maaf kalau harus aku yang memberi titik, kita selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H