23 Desember 2018, adalah tanggal yang tidak akan saya lupa. Bersejarah!Bahkan bukan hanya untuk saya, pun kota bernama Jogja.
Sehari berlalu, euforia #JogjaMenari terasa masih saya nikmati. Awet. Mungkin inilah definisi dari belum bisa move on. Namun nyatanya saya tidak sendirian, sebab beberapa teman yang juga terlibat masih membagikan momen-momen bersejarah melalui story dan unggahan di media sosial.
Memang jadi wajar, apalagi kejadian ini belum tentu terulang. Mungkin hanya sekali dalam seumur hidup. Ah, saya menjadi merasa beruntung menjadi salah satu yang terlibat dalam pagelaran tari jaranan yang sekaligus memecahkan rekor MURI sebagai yang terbanyak yang pernah dilakukan.
Mulai dari Latihan Singkat sampai Melihat Panitia Bekerja
Jika dihitung dari kali pertama video tutorial #JogjaMenari diunggah, kurang lebih satu bulan adalah waktu yang tersedia untuk berlatih. Bisa dibilang waktu yang singkat, tetapi cukup.
Meski dilihat dari durasinya yang lumayan panjang, sekitar 8 menit lebih, ternyata banyak gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang dan mudah diikuti. Hal ini memang sengaja karena harapannya tidak hanya yang sudah (sering) menari saja, melainkan bisa untuk semua kalangan tanpa melihat batasan usia dan latar belakang profesi.
Dalam waktu yang tak kurang dari sebulan, ada pujian yang layak saya berikan kepada panitia yang terlibat terutama dalam mempersiapkan #JogjaMenari. Pujian saya berikan karena meski sudah memberikan video tutorial yang bisa diikuti sendiri, ternyata pihak panitia memberikan juga waktu untuk berlatih bersama-sama dalam workshop yang dilakukan selama 2 kali. Ya, adanya latihan bersama ini tentu bermanfaat bagi peserta untuk memahami detail gerakan.
Peserta yang datang untuk berlatih pun tidak dibiarkan begitu saja. Pihak panitia ternyata tak lupa untuk menjaga energi para peserta dengan menyediakan air mineral dan sekotak makanan ringan.
Tentu apa yang dilakukan panitia ini harus diapresiasi. Apalagi bagi anak-anak kos (seperti saya) yang merasa sangat bersyukur bisa berlatih sekaligus mendapat asupan makanan secara gratisan. #eh
Ketika Alun-alun Utara Jadi Saksi
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Meski dalam pergantian hari Jogja sempat diguyur hujan yang cukup deras, agenda hari ini tetap harus berjalan.
Sekitar pukul 5 pagi, saya sudah menelusuri kota Jogja ditemani hujan yang ternyata belum mau pergi, germisi. Tujuan saya sepagi itu adalah sanggar, tempat dimana saya belajar menari di Jogja, yang menjadi titik kumpul dan juga tempat kami merias diri.
Kami para peserta memang harus datang awal, karena dalam rundown acara, semua peserta sudah ditunggu sejak pukul 6 sampai sebelum pukul 8.Beruntung, jarak antara sanggar dan tempat acara yaitu alun-alun utara tidak begitu jauh. Bisa ditempuh sekita 5-10 menit dengan jalan kaki.
Rencanya kami berangkan pukul 6, tetapi kenyataan sekitar pukul 7 pagi kami baru mulai jalan. Lagi-lagi, hujan memang masih ingin membasahi bumi, kami masih ditemani rintik-rintik.
Sesampainya di Alun-alun Utara, rintik mulai mereda. Matahari tidak malu-malu lagi, mulai mengintip. Para peserta juga terlihat mulai sibuk mengisi blok-blok yang sudah ditentukan. Hari itu, Alun-alun utara resmi jadi saksi dari 4279 peserta #JogjaMenari.
Sebelum kami menari, pembukaan didahului sambutan-sambutan dari beberapa pihak. Termasuk Pak Jokowi -Presiden Indonesia- yang turut memberikan sambutan dalam bentuk video. Ya, meski tidak bisa datang, setidaknya dengan cara ini bisa mengobati para peserta yang mengharapkan beliau turut serta langsung dalam acara.
Saya lupa, tepatnya pukul berapa pembawa acara memberikan aba-aba. Yang jelas, hari itu para peserta diberikan kesempatan untuk menari 2 kali untuk menari. Kesempatan itu diberikan 1 kali per kelompok (kelompok dibagi menjadi 2) dan 1 kali ditarikan bersama-sama.
Ternyata saya mendapatkan giliran kedua, yang artinya setelah itu disambung dengan menari bersama-sama. Atau bisa dikatakan, saya (dan peserta di kloter ke-2 lainnya) menari selama 16 menit-an (dan hampir bisa dibilang) non-stop. Jeda yang diberikan tidak begitu panjang, sehingga kami yang dikloter ke-2 memang harus punya sediaan energi ekstra.
Kalau dibandingkan #IndonesiaMenari, #JogjaMenari ini bisa dibilang 2 kalinya. Berdasarkan pengalaman saat mengikuti #IndonesiaMenari tahun ini, durasinya hanya 4 menit saja dan sama dilakukan 2 kali dengan jeda 30 detik atau total 8 menit saja.
Untunglah, menari dikeramaian rasanya ada sihir tersendiri. Rasa lelah, tiba-tiba menjadi lupa. Meski setelahnya lalu teringat dan rasanya badan bergetar dan ingin pingsan. #lebaysihini
Posisi saya yang dekat dengan penonton ternyata menyediakan energi yang luar biasa. Apalagi ketika usai menari di sesi pertama ada yang tiba-tiba datang. "Mbak, bagus narinya. Saya boleh ikutan disebelah", ujar penoton wanita berhijab dengan senyum yang sumringah. Saya tidak ingin sombong, hanya betapa hebatnya kata-kata ini untuk menampilkan yang terbaik semampu saya. Terima kasih sudah menikmatinya, kalian senang saya (atau kami) apalagi!!
Eh, kayaknya juga sempet nyempil di layar gede juga deh. Sadar kamera :p haha.
Terima kasih, Jogja!
Kalau boleh saya wakili, saya ingin berterima kasih kepada panitia khususnya KATY (Keluarga Alumni Teladan Yogyakarta) yang sudah mencetuskan ide yang cemerlang juga pihak yang berperan lainnya yang mendukung acara ini hingga sukses dan banyak diberitakan.
Terima kasih sudah mewujudkan impian penari untuk memecahkan Rekor MURI. Mudah-mudahan kerja keras kalian menjadi berkah,ya.
Terima kasih juga untuk sanggar, yang telah memberikan saya kesempatan untuk berproses bersama kalian dan diperbolehkan ikutserta membawa nama sanggar.
Pun yang tidak akan saya lupa ucapkan adalah terimakasih kepada masyarakat Jogja yang datang memberikan energi positifnya. Banyak masyarakat yang datang secara tidak langsung ikut membangkitkan semangat dan menampilkan yang terbaik,lho.
Terima kasih Jogja, episode ini akan menjadi salah satu yang saya paling favoritkan untuk diceritakan kepada keturunan saya nanti.
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H