Rencanya kami berangkan pukul 6, tetapi kenyataan sekitar pukul 7 pagi kami baru mulai jalan. Lagi-lagi, hujan memang masih ingin membasahi bumi, kami masih ditemani rintik-rintik.
Sesampainya di Alun-alun Utara, rintik mulai mereda. Matahari tidak malu-malu lagi, mulai mengintip. Para peserta juga terlihat mulai sibuk mengisi blok-blok yang sudah ditentukan. Hari itu, Alun-alun utara resmi jadi saksi dari 4279 peserta #JogjaMenari.
Sebelum kami menari, pembukaan didahului sambutan-sambutan dari beberapa pihak. Termasuk Pak Jokowi -Presiden Indonesia- yang turut memberikan sambutan dalam bentuk video. Ya, meski tidak bisa datang, setidaknya dengan cara ini bisa mengobati para peserta yang mengharapkan beliau turut serta langsung dalam acara.
Saya lupa, tepatnya pukul berapa pembawa acara memberikan aba-aba. Yang jelas, hari itu para peserta diberikan kesempatan untuk menari 2 kali untuk menari. Kesempatan itu diberikan 1 kali per kelompok (kelompok dibagi menjadi 2) dan 1 kali ditarikan bersama-sama.
Ternyata saya mendapatkan giliran kedua, yang artinya setelah itu disambung dengan menari bersama-sama. Atau bisa dikatakan, saya (dan peserta di kloter ke-2 lainnya) menari selama 16 menit-an (dan hampir bisa dibilang) non-stop. Jeda yang diberikan tidak begitu panjang, sehingga kami yang dikloter ke-2 memang harus punya sediaan energi ekstra.
Kalau dibandingkan #IndonesiaMenari, #JogjaMenari ini bisa dibilang 2 kalinya. Berdasarkan pengalaman saat mengikuti #IndonesiaMenari tahun ini, durasinya hanya 4 menit saja dan sama dilakukan 2 kali dengan jeda 30 detik atau total 8 menit saja.
Untunglah, menari dikeramaian rasanya ada sihir tersendiri. Rasa lelah, tiba-tiba menjadi lupa. Meski setelahnya lalu teringat dan rasanya badan bergetar dan ingin pingsan. #lebaysihini
Posisi saya yang dekat dengan penonton ternyata menyediakan energi yang luar biasa. Apalagi ketika usai menari di sesi pertama ada yang tiba-tiba datang. "Mbak, bagus narinya. Saya boleh ikutan disebelah", ujar penoton wanita berhijab dengan senyum yang sumringah. Saya tidak ingin sombong, hanya betapa hebatnya kata-kata ini untuk menampilkan yang terbaik semampu saya. Terima kasih sudah menikmatinya, kalian senang saya (atau kami) apalagi!!
Eh, kayaknya juga sempet nyempil di layar gede juga deh. Sadar kamera :p haha.
Terima kasih, Jogja!
Kalau boleh saya wakili, saya ingin berterima kasih kepada panitia khususnya KATY (Keluarga Alumni Teladan Yogyakarta) yang sudah mencetuskan ide yang cemerlang juga pihak yang berperan lainnya yang mendukung acara ini hingga sukses dan banyak diberitakan.
Terima kasih sudah mewujudkan impian penari untuk memecahkan Rekor MURI. Mudah-mudahan kerja keras kalian menjadi berkah,ya.