Mungkin aku bagimu ibarat menjadi bunga tidur: yang datang singkat lalu mudah terlupa dengan cepat. Tak masalah, aku tetap bahagia meski harus bernasib sementara.
Sering juga dalam mimpi, kamu tahu, seindah apapun itu, kebahagiaan dan kesedihan bertukar peran: seperti senyum yang terbasuh airmata.
Kukira kamu juga benar sayang, ternyata hanya khayalan. Kamu yang kusengajakan datang, aku yang menanggung kesedihan. Ingin menyalahkan, tapi aku sadar aku hanya melawan kesendirian.
Saat itu tetap kudekap mimpi, sebisaku. Kugapai semampu tubuh dalam cermin yang kadang menipu. Lalu aku bayangkan: bayang-bayang yang datang dari kejauhan senja menyeret kakinya yang berat dengan ketabahan.
Namun yang terjadi saat aku terbangun : aku menyadari, bahwa kamu hanyalah kesia-siaan yang kuharap tahu diri. Sedang aku mimpi yang tak pernah abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H