Penelitian ini Mengungkapkan Bahwa Puasa Ternyata...
Penelitian selanjutnya datang dari Indonesia, yang mana salah satu peneliti merupakan salah satu penulis kompasiana bernama dokter Ari Fahrial Syam. Penelitian ini telah dipublikasikan di 'International Journal of Endocrinology and Metabolism', 2016 lalu.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengevaluasi komposisi tubuh selama Ramadan pada staf medis yang sehat. Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi longitudinal, yang dilakukan selama dan setelah puasa Ramadan pada tahun 2013 (Agustus -Oktober). Besar sampel yang terlibat sebanyak 43 staf medis (dokter,perawat dan ahli gizi) di Bangsal Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Adapun yang diukur dalam penelitian ini adalah asupan kalori, berat badan, indeks masa tubuh, rasio lingkar pinggang-pinggul (WHR), dan komposisi tubuh (lemak tubuh, protein, mineral dan air). Pengukuran ini dilakukan pada hari pertama dan 28 Ramadan serta 4-5 minggu setelah puasa.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pada hari ke 28 Ramadan diketahui berat badan, IMT, lemak tubuh, air dan mineral berkurang secara signifikan. Sedangkan pada massa protein tubuh dan asupan kalori tidak berubah secara signifikan. Setelah 4-5 minggu berpuasa, berat badan dan komposisi tubuh kembali pada tingkat yang sama seperti pada hari pertama puasa.
Dari hasil tersebut, simpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah puasa ramadan menyebabkan penurunan berat badan tetapi sifatnya sementara. Hal ini karena berat badan dapat kembali ke semula dengan cepat dalam satu bulan setelah puasa. Katabolisme (proses pemecahan molekul besar menjadi molekul kecil yang lebih sederhana) terkait protein selama puasa tidak terjadi.
Yang dapat diartikan bahwa puasa menurunkan massa lemak tetapi tidak akan membuatmu kehilangan massa protein, otot! Perlu diperhatikan juga, bahwa penurunan berat badan selama puasa sifatnya sementara. Jadi dari sini harapannya setelah puasa kamu harus tetap menjaga pola makan dan aktivitas fisik untuk mencegahnya kembali naik.
***
Tidak perlu bingung dengan hasil yang bervariasi tersebut. Hasil penelitian yang berbeda-beda disebabkan oleh banyak faktor seperti iklim, budaya dan status sosiodemografis. Dari waktu puasa yang bervariasi lamanya dari tiap negara pun bisa jadi faktor pembeda.
Bukan bermaksud meragukanmu soal puasa, namun dari penelitian yang sudah dilakukan ini kamu seharusnya makin percaya. Bahwa sebaik-baiknya pembuat keputusan adalah hanya Allah SWT, yang bukan hanya mewajibkan puasa untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya, juga ternyata membuat kita menjadi lebih sehat dengan perintah-Nya.
Semoga kesehatan selalu menyertai kita semua.