Jogja memang istimewa, terlebih ketika puasa tiba.
Belum genap setahun saya tinggal di kota yang sering membuat rindu banyak orang, Jogja. Masih bisa dibilang orang baru karena saya juga belum hafal semua sudut-sudutnya. Namun paling tidak, durasi tinggal saya yang hampir setahun disini membuat saya tidak lagi takut untuk kesasar lho. Haha.
Alhamdulilah. Ramadan kali ini saya masih bisa merasakan nikmatnya berpuasa. Puasa yang kali ini juga rasanya sedikit berbeda karena saya harus merasakan pengalaman berpuasa di Kota ini, Jogja. Sebagai orang yang belum lama tinggal, saya sering jadi kepo terutama pada teman-teman yang memang berdomisili di Jogja atau pada mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya disini ketimbang saya. Kepo perihal tempat-tempat mana saja yang ramai dan harus saya kunjungi saat-saat bulan Puasa seperti ini, terutama ketika sore tiba.
Ngabuburit dan menjadi lebih dekat dengan Jogja
Tidak puasa saja banyak tempat (terutama tempat makan) yang bisa dikunjungi terlebih ketika puasa ini, tidak terhitung lagi.
Ketika saya bertanya soal tempat mana yang harus saya kunjungi, jawaban teman-teman saya banyak yang jadi beranak pinak. Ya, faktanya memang tidak perlu khawatir tidak menemukan apa yang kamu cari disini, mau makan apa saja bisa ditemukan.
Untuk membuktikan perkataan teman-teman, saya pun langsung terjun ke lapangan. Menjelang ngabuburit atau sekitar jam 4 sore, saya biasanya sudah bersiap-siap mengitari sekitaran Jogja. Terkadang saya memang sudah punya bayangan akan ke mana, tetapi kadang saya juga pergi tanpa tujuan yang pasti, mengikuti naluri.
Di suatu sore (yang suwung), saya pernah punya rute yang cukup koberan. Mulai dari Jalan Prof Yohanes (sekitar Galeria Mall) ke Jalan Colombo lalu belok kiri ke Jalan Gejayan, ke kiri lagi,ke kanan menuju Jalan Kaliurang, ke kiri lewati ringroad utara dikit lalu ambil ke kiri lagi menuju jalan Pandega, belok lagi, belok-belok ngikutin jalan tahu-tahu balik ke Kosan. Haha. Mumet-mumet. Saya tidak tahu berapa kilometer yang saya habiskan tetapi jalur tersebut setidaknya berhasil membuat saya pulang-pulang adzan maghrib.
Jangan kira itu cuma buang-buang bensin semata, sebab di perjalanan yang tanpa tujuan itu saya sebenarnya sedang melakukan pengamatan yang mendalam soal spot atau titik-titik mana yang benar-benar bisa jadi rujukan di sore hari berikutnya. Pun dalam rangka sebagai upaya menjadi lebih dekat dengan Kota ini. #halah
"Sunmor" yang disulap ketika bulan Puasa
Titik keramaian di lokasi ini sebenarnya bukan suatu yang baru. Sebab, di hari-hari biasanya, lokasi tersebut sudah sering berubah menjadi pasar kaget yang cukup tenar dikalangan mahasiswa dan disebut dengan pasar "Sunmor" (Sunday morning). Pasar yang seperti namanya, muncul ketika hari minggu dan diwaktu pagi saja.
Barangkali karena ini bulannya istimewa, bulan Puasa, "sunmor" versi Ramadan yang dikenal dengan pasar ngabuburit ini kemudian muncul. Sebut saja pasar tersebut dengan Pasar Ngabuburit UGM (karena berlokasi didaerah UGM), pasar yang hampir 99 persennya berjualan makanan dan minuman. Melimpah !
Selagi di Jogja, sayang jika dilewatkan
Saya tidak tahu pesisnya pasar Ngabuburit ini mulai buka, mungkin sedari jam 3 sore para penjual sudah menata jualannya. Mungkin. Namun, saya bisa pastikan jika kamu datang kesini lebih dari jam 4 sore, kamu tidak akan dikecewakan karena jajanan atau makanan yang kamu inginkan sudah ready. Jam-jam sebelum setengah lima saya rekomendasikan, karena belum terlalu ramai orang-orang. Pun kamu tidak perlu berdesakan apalagi menjadi antri.
Banyak sekali variasi makanan dan minuman yang ditawarkan, tidak hanya es kepal! Segala minuman dingin dari es teler, es buah sampai thai tea bisa kamu dapatkan disini. Segala jenis makanan mulai dari sate kere, pempek, batagor, cilok, sempol sampai pecel pun ada tinggal pilih mana yang sesuai selera. Harga masih ramah dikantong mahasiswa kok, tenang.
Oya, saat kemarin saya berkunjung kesini. Ada juga sekelompok orang yang membagi takjil gratis bagi para pengunjung. Jadi, kalau beruntung kamu juga bisa mendapatkannya untuk dibawa pulang. Rejeki anak kosan banget gak sih?
Pun jangan khawatir jika kamu datang kesini dengan mengendari kendaraan pribadi. Motormu akan aman ditangan petugas resmi yang sudah standby di sisi jalan. Jangan lupa untuk memberi imbalan sebesar 2000 rupiah (untuk sepeda motor) setelah kamu berhasil memakirkan kendaraanmu,ya.
Jadi sangat-sangat disayangkan, jika kamu berada di Jogja saat puasa tetapi tidak kesini. Pasarnya kagetan, nggak selalu ada ketika kamu inginkan,lho.
Salam,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H