4 Oktober sudah lewat. Ternyata ada yang jadi saya ingat.
Apa yang kita jalani dengan asyik, sering kali berhasil membuat kita lupa. Lupa dan merasa, rasa-rasanya baru kemarin. Begitulah yang juga terjadi pada saya sekarang. Lupa kalau ternyata sudah cukup lama berada disini dan masih selalu terasa baru kemarin saya menjadi bagian dari kalian. Tiga tahun di Kompasiana,cyint!
Tiga tahun, bukan waktu yang baru juga belum terlalu lama. Mengingat usia kompasiana sudah lebih dari itu. Tentu, jika tidak ada apa-apanya rasanya tidak mungkin saya menetap disini. Ya, karena ada apa-apanya. Untuk itu, ijinkan saya menuliskan tulisan soal Kompasiana yang entah sudah kesekian. Itung-itung, sebagai bahan refleksi, untuk usia yang kini menginjak tahun ke tiganya gitu.
Terima kasih,Karena Kompasiana Saya Berani
Ada satu dampak besar yang saya dapat dari keberadaan kompasiana. Yaitu saya yang jadi 'berani'. Berani yang saya maksud disini adalah untuk menuangkan apa yang ada di pikiran melalui kata-kata. Karena pada beberapa orang menulis ternyata bukan hal yang mudah. Salah satunya yang membuatnya jadi tidak mudah adalah karena adanya ketakutan, terutama takut jelek.
Keberadaan kompasiana ternyata mampu menyingkirkan ketakutan itu. Bukan, bukan karena lalu tulisan saya jadi langsung bagus. Melainkan, kompasiana berhasil mendorong saya setidaknya untuk mencoba menulis. Melalui kompasiana-lah, saya mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran negatif soal ketakutan-ketakutan itu, bahwa toh juga menjadi wajar untuk pertama kalinya jikalau memang belum bagus (atau kasarnya masih jelek).
Jika tiga tahun lalu saya tidak mulai menulis disini, mana mungkin ada tulisan juga kalian yang lalu saya kenal.
Terima kasih, Karena Kompasiana Saya Dikenal Menjadi Penulis Kesehatan
"Mbak listhia yang suka nulis kesehatan itu ya?'
Selain soal keberanian menulis yang saya dapat dari Kompasiana, pun ada yang juga membuat saya jadi banyak dikenal. Tulisan soal kesehatan.
Di awal saya hadir, tulisan soal kesehatan adalah yang paling pertama saya publikasikan. Namun ternyata masalah ketakutan yang saya hadapi bukan hanya soal takut jelek untuk menulis tema kesehatan ini, melainkan takut salah dan takut membuat bingung pembaca.