"Buahnya dimakan dulu, nanti kalau terakhir bisa busuk lho di perut, susah dicerna!"
Pernah gak sih kalian dihadapkan pada situasi seperti itu, di mana tiba-tiba kalian diperingatkan bahwa makan buah setelah makan besar (maksudnya nasi beserta lauk pauknya) bisa membuat buah yang dikonsumsi tadi jadi busuk atau susah dicerna.
Bagi yang tidak mau banyak mikir, bisa jadi sih memang dimasukakalin. Ya, mungkin lho. Mungkin yang berpikir demikian membayangkan bahwa buah apabila bercampur dengan makanan lain bisa berakibat jadi dicerna lebih lama.
Nah, karena butuh waktu yang lebih ini, kemudian jadi berpikir pada nasib si buah juga makanan yang sudah dimakan (yang tercampur) jangan-jangan bisa membusuk karena tidak dicerna-cerna.
Yakin sesimple itu pencernaan kita?
Mari cari kebenarannya. Benar, serat yang ada dalam buah memang bisa memperlambat pencernaanmu, memperlambat pengosongan perut.
Namun sayangnya, peran serat yang dapat memperlambat pencernaan ini tidak lalu membuat makanan diam tanpa batasan waktu, apalagi sampai membuatnya jadi busuk!
Jadi, jika ada yang kemudian mengatakan bahwa buah dapat menyebabkan makanan diam di pencernaan dan membuatnya membusuk, itu mitos.
Pencernaan manusia dibuat sangat kompleks, tidak sederhana yang kita bayangkan. Meski serat (yang biasanya banyak pada buah atau sayur) bisa memperlambat waktu cerna daripada biasanya, pencernaan (terutama perut) sudah didesain sedemikian rupa untuk mencegah pertumbuhan bakteri, yang dapat menyebabkan fermentasi dan pembusukan.
Semua makanan (termasuk serat), ketika masuk ke dalam perut akan bercampur dengan asam lambung, yang mempunyai pH rendah.