Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar dari Pengalaman, Berikut Tips dari Pemudik untuk Pemudik Lainnya

17 Juni 2017   21:56 Diperbarui: 26 Juni 2017   14:10 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering saya mendapati pertanyaan , "Bagaimana rasanya mudik?". Saya bingung, saya malah balik bertanya, "Bagaimana rasanya memiliki kakek nenek dan saudara yang berdekatan?".

Istilah "mudik" bukanlah suatu yang baru untuk saya. Sudah sering saya menjalaninya. Bahkan sedari umur saya masih satuan. Saat itu diawali ketika Bapak yang mendapatkan penempatan kerja di luar kota,kemudian menyusul Ibu yang ikut pindah. Sebagai orang tua, barangkali mereka ingin membesarkan anak-anaknya bersama-sama meski harus merantau sekalipun.

Tepatnya sejak berumur dua tahun, saya sudah di bawa Ibu pergi merantau bersama bapak dan juga kakak yang saat itu di umur enamnya. Dibawa sejauh 276 kilometer, dari sebuah desa di Tasikmalaya Jawa Barat menuju sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Temanggung.

Suka Duka Mudik, Saat Bus Jadi Teman Perjalanan Kami

Banyak cerita soal mudik yang pernah kami alami. Apalagi mengingat sudah lebih dari dua puluh tahun, kami selalu melakukannya. Jika dalam setahun kami mudik sekali tiap lebaran, maka bisa dikatakan sudah 20 kali mudik yang pernah kami lakukan.

Dulu diawal kami mudik, Bapak belum memiliki mobil, hanya sepeda motor merk yamaha berwarna merah satu-satunya. Motor yang selalu menjadi penjaga rumah kami, karena Bapak tak terpikirkan untuk membawanya ikut mudik. Barangkali  karena jarak tempuh Temanggung-Tasikmalaya yang memakan waktu hampir 8 jam dan juga anggota keluarga yang dibawa berjumlah empat (dengan bapak, ibu dan dua anak yang masih kecil). Bapak tidak ingin ambil risiko. Belum lagi ketika adik laki-laki saya lahir , jadi lima. Motor jelas tak akan muat lagi. Boro-boro buat mudik, main di keliling kota saja kakak sering mengalah untuk tidak ikut

Ya, menaiki bus jadi satu-satunya angkutan yang bisa jadi andalan kami tiap kali harus mudik. Andai ada program mudik gratis, tentu kami akan lebih bahagia lagi! 

http://mafiaharga.com I penampakan bus budiman
http://mafiaharga.com I penampakan bus budiman
Bus Budiman, namanya. Bus yang memang asli kota "Tasik" ini memang dirasa paling pas. Meski untuk mendapatkan tiket dan keberangkatannya, kami harus pergi dulu ke kota sebelah, menggunakan bus "nanggung" arah Wonosobo untuk sampai ke terminal utamanya.

Kata Ibu, tiap kali saya mudik naik bus. Saya dan kakak paling suka bernyanyi dan menanyakan banyak hal yang dilihat selama perjalanan.

Sampai saya menamatkan bangku sekolah dasar, kami sekeluarga masih setia dengan Bus tersebut. Selama itu, suka dan duka yang pernah kami rasakan juga beragam. Contoh sukanya mudik dengan bus adalah ketika menaiki bus kami tak pernah merasa sendiri,karena selalu bertemu dengan pemudik lain yang memiliki tujuan yang sama. Soal keamanan di perjalanan, alhamdulilah juga selalu terjaga. Selama menggunakan bus, saya dan keluarga tidak pernah mengalami musibah kecelakaan lalu lintas. Kondisi bus yang baik dan rutin dirawat juga kondisi supir jadi salah satu kuncinya,saya rasa.

Kalau soal duka, ada kejadian yang masih terngiang di ingatan sampai sekarang. Kejadian itu saat arus balik. Waktu itu, kami pernah merasakan tidur di terminal sampai jelang tengah malam demi menunggu bus arah Wonosobo. Ngenesnya lagi, sewaktu bus datang kami tidak kebagian tempat duduk dan "terpaksa" harus berdiri.  Begitulah, namanya mudik apalagi dengan moda angkutan umum, kita gak sendirian dan harus siap kapan saja untuk berdesakan!

{Bonus}

Berikut tips bagi pemudik yang menggunakan angkutan bus diantaranya ; tentukan hari keberangkatan agar tidak kehabisan tiket, jangan membawa barang berlebihan (karena kerusakan dan kehilangan ditanggung sendiri), pastikan selalu anggota keluarga yang dibawa selama perjalanan, gunakan pakaian yang nyaman  dan yang tidak mencolok penjahat (perhiasan disimpan dulu), jangan lupa bawa obat-obatan pribadi apabila di perjalanan ada keluhan seperti mual atau pusing.

Ketika Bapak Memutuskan untuk Membeli Mobil

Mudik kami "sensasinya" jadi berubah, ketika Bapak memutuskan membeli mobil di tahun 2007.

Semenjak memiliki mobil sampai sekarang, kami belum pernah lagi merasakan mudik menggunakan bus. Kata Bapak, jika dihitung ongkos ke Tasik antara naik bus dan mobil, tarifnya sama saja bahkan bisa lebih hemat ketika menggunakan mobil sendiri. Mungkin ini memang ada benarnya, karena saat ini anak-anak Bapak sudah besar semua, sudah harus membeli tiket sendiri. Tidak seperti dulu, ketika saya masih bisa duduk di pangku Ibu.

Belum lagi, jika menggunakan bus masih ada biaya lain yang harus Bapak keluarkan. Seperti ongkos ke terminal, angkutan kota ketika kami sampai ke Tasik, dan ojek ketika kami sampai di desa kami, dan semua harus dikali lima orang. 

Dengan mudik menggunakan mobil pribadi, kami pun bisa lebih leluasa membawa barang-barang untuk kakek nenek juga sanak saudara. Tidak seperti saat naik bus, ketika kami menenteng dus-dus. Juga soal waktu, kami tidak perlu lagi terpatok jadwal agar tidak ketinggalan. Sama yang jelas, kami bisa sampai lokasi tanpa perlu ada adegan naik turun angkutan umum dari roda empat sampai dua,belum ditambah adegan menunggunya yang kadang suka-suka dan tarif yang "melambung" ketika semarak lebaran hampir tiba. 

Dengan mudik menggunakan mobil, kami juga jadi punya "tugas lain" yang harus dilakukan kami sendiri agar perjalanan aman,lancar dan juga terkendali. Tugas-tugas yang bisa jadi pengingat bagi kamu yang juga mudik dengan menggunakan mobil sendiri. Belajar dari pengalaman, berikut tips yang bisa keluarga kami berikan.

"Ritual" ke Bengkel Sebelum Mudik

Biasanya ini jadi tugas Bapak. Mengecek kondisi mobil memang sudah kebiasaan Bapak sebelum pergi. Bahkan tidak hanya ketika harus perjalanan jauh seperti mudik. Namun memang ada yang bedanya, ketika mudik Bapak selalu mempercayakan bengkel untuk lebih memastikan kondisi mobilnya.

Bagi Bapak, pengecekan kondisi mobil tidak lalu berhenti ketika sebelum berangkat saja. Saat kami sedang dalam perjalanan pun, Bapak selalu menyempatkan untuk mengecek kondisi mobil tiap kali kami singgah untuk beristirahat. Keselamatan penumpang memang berbanding lurus dengan kondisi kendaraan, sih ya.

Agar Tidak Ada Barang-barang yang Ketinggalan, Jangan Gunakan Injury Time!

Kalau ini biasanya jadi tugas Ibu. Memastikan bahwa tidak ada barang-barang ketinggalan bahkan sampai yang terkecil seperti sikat gigi.

Walau menggunakan mobil sendiri, estimasi waktu berangkat juga perlu diatur. Termasuk dengan mengatur kapan memasukan dan menata barang yang dibawa. Jangan gunakan waktu tambahan hanya untuk memasukan barang ke bagasi karena ini bisa mempengaruhi jam berangkatmu.Sudah banyak yang membuktikan bahwa keburu-buruan bisa berujung pada ketinggalan barang,bukan?

Capek? Manfaatkan Rest Area!

276 Kilometer jelas bukan jarak yang dekat. Oleh karena itu, Bapak sebagai orang yang paling lama berada di belakang kemudi mobil selalu mengajak kami beristirahat sejenak baik di pom bensin ataupun masjid yang kami temui di tengah perjalanan. Sampai-sampai, saat ini kami sudah hafal mana Pom Bensin yang ada Ikan Amazonnya atau yang ada bapak-bapak penjual Dawet ter-enak?

Saat arus mudik, biasanya kami bisa 1-2 kali singgah. Sedang saat arus balik, kami bisa 2-3 kali singgah, termasuk singgah ke tempat makan. Ya, meski menggunakan mobil sendiri, kami bisa menghabiskan waktu dijalan sampai 10 jam.

Jalan Milik Bersama, Jangan Rebutan Dong!

Sebagai penumpang yang sepuluh tahun ini ikut mengamati tingkah pengendara terutama motor, saya sering gemas jika melihat ada yang membuat aturan sendiri. Apalagi jalur mudik saya yang antimainstream, yang sepi dibandingkan jalur sebaliknya. Selalu saja saya menemui pengendara motor yang merebut jalan kami dari arah berlawanan dan itu jelas kadang membahayakan.

dokpri I kondisi arus mudik menuju tasik. Bisa lihat bedanya,kan?
dokpri I kondisi arus mudik menuju tasik. Bisa lihat bedanya,kan?
Selama melakukan perjalanan mudik, kecelakan lalin yang sering kami temui pun kebanyakan berupa sepeda motor daripada mobil. Makannya jadi tak heran kalau data kecelakan motor tahun lalu bisa mencapai 70 persen. Hiiiy, coba perhatikan juga data dibawah ini.

Materi dari Kemnhub I perbandingan kendaran bermotor yang terlibat kecelakan lalu lintas
Materi dari Kemnhub I perbandingan kendaran bermotor yang terlibat kecelakan lalu lintas
Perlunya "Seksi Hiburan" Agar Tidak Bosan Saat di Jalan

Kalau yang ini sudah menjadi tugas saya selama mudik. Ya, saya paling tidak suka kondisi mobil yang sunyi senyap juga paling takut membiarkan Bapak menyetir sendiri tanpa ada diantara kami yang "melek". Agar Bapak tetap semangat menyetir dan tidak mengantuk,musik jadi salah satu obatnya. Biasanya saya akan meminta lagu apa yang bapak suka, kemudian mengunduh musik atau videonya dan kemudian memasukkannya ke dalam flashdisk.

 Meski kebanyakan lagu yang Bapak minta ada di urutan belakang sih. Hehe.

Selain lewat lagu, kami juga sering mengobrol hal yang "receh", terutama berkaitan dengan apa yang kami lihat di jalan seperti membicarakan pengendara motor yang suka seperti "belut", menyelinap ke mana saja selama ada celah. 

Ya, bagi kami, setiap perjalanan seperti mudik selalu bisa membuat ikatan antar anggota keluagara makin dekat.

Bismillah, Jangan Lupa Berdoa Sebelum Berangkat,ya ! Agar makin lancar saat di jalan, berdoa sebelum berangkat jangan di lupakan. Hanya dengan lindungan-Nya, kita bisa mudik dengan selamat sampai tujuan.

Jadi rencana mudik kemana? Naik angkutan umum atau kendaraan pribadi? Apapun itu jangan lupa utamakan keselamatan, keluarga menunggumu di kampung halaman, jangan lupa siapkan jawaban "kalau ditanya nikah kapan". 

Babaiiii.

Dokpri I Ini kampung halamanku, mana punyamu?
Dokpri I Ini kampung halamanku, mana punyamu?
Salam,

Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun