Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[HORORKOPLAK] Apes Bener, Dikira Setan!

11 Januari 2017   21:43 Diperbarui: 11 Januari 2017   22:05 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini memang bukan sepenuhnya pengalamanku, namun kejadian ini pernah terjadi pada temanku sendiri. Ya suatu hari, ia pernah menceritakannya langsung padaku. Sebut saja temanku ini namanya bukan Mawar tapi Dahlia. Ingat, yang ini tanpa Iis ya, jadi penyanyi itu mah.

Dahlia adalah teman satu jurusanku. Meski satu kelas, tetapi untuk urusan kos kami berbeda tempat. Agak susah memang untuk mencari kamar kosong di sekitar sini . Pun kalau ada, pasti berpikir berkali-kali karena letak lokasinya yang....hmmmm banyak yang agak horor. 

Seperti kosan yang ditempati Dahlia. Menurutku lho ya, kosannya termasuk yang menyeramkan. Memang sih.. aku belum pernah mampir,apalagi sampai masuk ke kosannya untuk melihat seperti apa,  cuma sekadar melewatinya saja. Tapi..kok rasanya sudah  cukup tahu dimana lokasinya saja sudah berhasil membuatku merinding. Gimana nggak, kosanya itu persis bersebelahan atau bahkan bisa dikatakan sudah masuk kompleks pemakaman umum terbesar dan terkenal cukup angker di Jawa Tengah. Mbah Google bahkan telah banyak merangkumnya.

Hebat ya, Dahlia.

Aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku harus yang tinggal disana, mungkin aku memang tidak akan bisa membayangkan karena lebih baik menjadi jauh saja daripada tiap malam  senam jantung,deg-degkan mulu.

Saat matahari sedang menggantung di langit , suasana memang kelihatanya baik-baik saja. Walau pemandangan yang terhampar adalah batu nisan yang bertebaran dimana-mana. Mungkin kamu juga tidak akan merasa takut meski harus melewati jalan yang membelah pemakaman itu, toh saat siang masih bisa ditemukan orang  yang bisa kamu temui di jalan. Ya, paling nggak kamu tahu nggak sendirian.

Tetapi...coba deh datangnya waktu matahari sudah tidur,malam-malam. Haha. Karena penasaran , aku pernah membuktikannya dengan Mbak Kos, nekat melewatinya dengan sepeda motor , padahal nggak malem-malem amat, sekitar lewat jam 8 malam.  Apa coba yang dirasain? Ternyata..meski cuma gelap,, tetap aja gak berani lihat kanan-kiri dan milih pegangan..udah gitu sepi lagi.  Untung deh bisa selamat, lampu motor  nggak mendadak mati, soalnya temanku yang lain pernah mengalami kasus yang ini. Hiiiii...ngeri juga..

Ya, begitulah, soal yang berbau  mistis emang melekat di daerah ini dan sudah dianggap wajar. Terserah, percaya atau nggak,ya.

Nah, gara-gara angkernya kompleks pemakaman ini jugalah yang membuat Dahlia punya cerita versinya sendiri.

Begini...

Malam itu, Dahlia berencana pulang ke kampung dengan kereta malam yang akan berangkat pukul 11 malam. Karena tidak ingin terlambat, sekitar jam setengah sebelas malam ia mencoba telpon taksi untuk mengantarkannya. Dari kosnya, jarak ke stasiun bisa ditempuh dengan 20 menit.

"Halo, bisa kirim satu taksi di alamat ini..", Dahlia menjelaskan alamatnya pada operator disebrang teleponnya.

Ternyata tak butuh waktu lama, pemesanan via telpon itu selesai.

Selang beberapa menit,datanglah sebuah pesan masuk yang berisi informasi nomor taksi. Dahlia lega, akhirnya taksi yang ia pesan sebentar lagi datang juga.

Namun....

Telponnya kali ini kembali berdering. Nomor asing. Mungkin Bapak sopir. Lalu ia mengangkat dan tebakkannya sepertinya benar.

"Maaf.. Boleh kepastian dimana alamatnya ya, Mbak...?"

"Iyaaa..masuk saja di komplek pemakaman pak..."

Tuuuuuutttt...

Tiba-tiba telponnya di putus secara sepihak.

Dahlia tercenung,kemudian bicara dengan hatinya sendiri.

"Apa jangan...jangan...aku dikira setan?"

Apes bener!

Sejak itupun Dahlia tidak lagi memesan taksi malam-malam.

***

Ini adalah Tulisan ke-dua saya untuk memeriahkan HUT ke-5 Koplak Yo Band. Terima kasih Koplak Yo Band, karena telah benar-benar berhasil "membangun" ingatan saya. Ya, apalagi hidup saya ini emang gak jauh sama koplak. Jika sempat , saya akan tambah satu lagi. Dan lagi-lagi based on true story, bener-bener nyata. Terserah mau percaya apa nggak.

haha.

Tulisan pertama bisa dibaca juga lho, "Kos yang Mendadak Horor sampai Ibu Kosku yang dimarahi Makhluk Gaib"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun