Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sepotong Pizza dan Teriakan Kemenangan buat Indonesia

14 Desember 2016   23:09 Diperbarui: 15 Desember 2016   08:31 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pizza yang kena edit . Haha. I dokpri

Di depan televisi, disaat pertandingan akan dimulai beberapa saat lagi. Roti bundar pipih yang dipanggang beroleskan saus bertabur potongan sosis yang minus saos mayones itu tersaji, itu saja kata kakak ipar yang memang bukan kali pertama membeli. Sedang saya dan kakak, mana ngeeh begituan? Yang penting saos entah sambal atau tomat. Cukup.

Sepotong pizza mulai menggoda mata dan mulut tak sabar menicipinya. Saya ambil. Satu kunyahan untuk mulai pertandingan bola. Beriringan dengan selingan olesan saos untuk siap menerima kenyataan. Haha. Karena Apa-apa yang berbau timnas Indonesia memang selalu menarik perhatian saya.

Termasuk sepak bola yang bisa membuat saya lupa pizza dengan mudah, sepotong saja cukup. Walau pengetahuan saya soal bola minim dan pas-pasan, paling tahu banget ya soal gol yaitu ketika bola masuk ke gawang. Saya punya kemampuan lain, berteriak.

Pun saya itu orangnya baper. Termasuk juga soal bola. Ketika tim lawan mencetak duluan, seperti tadi diawal pertandingan sampai di menit 45, saya badmood berat. Lebay? Ya kenyataan gitu. Di situ saya malah memilih bermain building block, itu loh mainan yang kayak bata tapi dari plastik, bersama keponakan.

Baru di putaran kedua, saya mulai bersemangat lagi dan meninggalkan keseruan semu bersama ponakan. Setelah Indonesia bisa mengimbangi golnya,tepanya. Jadi Satu sama. Sebenarnya dalam asyiknya bermain dengan ponakan, diam-diam saya masih memperhatikan televisi. Bahkan respon teriakan saya pun tepat. Hihi.

Pertandingan nampaknya akan menjadi lebih baik. Dan benar, Indonesia lebih pede, walaupun banyak juga was-was ketika bola berada di dekat gawang Indonesia.

Gol, lagi. Keunggulan untuk Indonesia. Dua satu. Saya makin semangat dan keluar gilanya. Selain berteriak, saya tak sadar berjingkrak di atas sofa. Bukan hanya saya sih, kakak malah lari di tempat. Juga kakak ipar yang berteriak. Untunglah, jarak antar rumah di sini jauh-jauh. Tidak mengganggu kenyamanan antar tetangga.

Seperti biasa, pertandingan melambat ketika tim yang kita unggulkan punya harapan menang. Itupun yang terjadi. Menit 86 ke 90 rasanya bukan 4 menit lagi. Belum lagi ada waktu tambahan setelah itu. Makin berharap waktu dipercepat.

90 berlalu. Dan di televisi belum juga saya melihat berapa waktu tambahan. Berharap semenit. Semenit berlalu, masih. Dua menit, kok belum juga beres. Dan lalu peluit panjang terdengar juga entah pada menit berapa saya tak kepikiran lagi.

Saya berteriak kali ini lebih kencang. Padahal suara saya cempreng minta ampun. Kakak dan kakak ipar, ikut. Refleks betapa kami ikut bahagia atas ini. Dan saya lihat betul ponakan yang persis berada disebelah saya terkejut. Untung tidak sampai menangis, secara masih umur dua tahun gitu. Saya sujud, ponakan menirunya.

Sungguh, malam ini memang tidak sebiasa-biasanya. Sepertinya malam ini memang akan ditakdirkan menjadi spesial, karena sepotong pizza yang menjadi teman nonton pun tak biasa. Indonesia menang atas Thailand, apa itu jawabnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun